14. Runtuh.

606 34 2
                                    

"Ini akan jadi titik serah ku pada illahi. Semua terjawab bersama tangisan langit yg jatuh ke bumi. Hujan bawa luka ini pergi . Aku ingin mulai berdamai dengan kisahku sendiri.

~Shfa~

Assalamualaikum reader's..
Happy reading..😊
(Jadikan alqur'an sebagai bacaan utama)

Sorot mata terarah pada langit di pagi hari. Pesona awan yg mengangakasa membuatnya sedikit menepi. Meluangkan sedikit waktu guna menikmati hamparan biru. Gadis itu tak akan melewatkan langit dengan sejuta rasa teduh. Rasa tenang terbayar oleh seukir senyuman. Baginya langit lebih dari sekedar lukisan alam. Langit lebih dari itu, langit adalah senyuman. Langit adalah keteduhan yg ia butuhkan. Sedih dan bahagia semua kenangan dan kisah, tersimpan dalam urutan waktu bersama hamparan biru itu. Dia langit , saksi bisu sebuah proses hati beku yg perlahan menjadi luluh. Bersama langit entah berapa teriakan keperihan. Bersama langit entah berapa luapan bahagia yg tak dapat diungkapkan.

Terimakasih langit, telah sudi berbagi rasa tenang bersamaku...

Senyum setelah menatap langit, begitu lepas rasanya. Entahlah, sejak kecil Shafa sangat menyukai langit. Rasa tenang ia dapatkan hanya dengan menatap kumpulan awan putih bersama warna biru sebagai latar. Dengan hati yg lega, Shafa melanjutkan langkahnya.

Hari ini adalah hari terakhir classmeeting, kini sedang berlangsung lomba olahraga di lapangan khusus santriwan. Ketiga gadis itu mana mau datang hanya untuk menonton pertandingan, mereka lebih memilih menikmatinya dengan bersantai di kelas.

"Ukhti-ukhtii, daripada antunna semua bosan. Mending nonton yuk!" Celoteh Lala, mungkin dia tak tahan lagi bergelut dengan kebosanannya.

"Ayo, kebetulan ana lagi bawa laptop nih" ujar salah satu teman sekelas mereka.

"Hiii benerann, yaudah yuk!! Kita nonton film romansa islami aja" histeris Lala.

"Mulai deh Lala, maksud anti udh ketebak" ketus Fisya dengan jengkelnya.

"Hmm, sekali-kali kan gapapa Sya" rayu Lala dengan muka memelas.

Fisya hanya bisa memutar bola mata dan geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabat antiq nya itu.

Disisi lain, Shafa duduk menepi dengan buku yg di pegangnya. Terlihat begitu serius, ya begitulah kalau Shafa sudah bertemu sebuah buku. Ia seakan dibawa ke alam lain.

Sedangkan teman sekelas yg lain sedang menikmati film atas usulan Lala.
"Tuh kan Fisya senyum-senyum sendiri" goda Lala

"Apaan sih La. Yang ada anti tu yg kebelet nikah " gerutu Fisya sambil menekankan kata NIKAH.

"Ihh amit-amit" jengkel Lala.

"Ya, paling anti ujung-ujungnya besok nikah duluan. Kan dilamar kak Ham...zah
Atau anti mau sekarang, kalau mau sekarang, ana suruh mudir bilangin ke si fulan itu" ledek Fisya sambil tertawa.

"FISYAAAAAAA!!!!!" teriak Lala yg begitu jengkelnya.

Sontak semua teman sekelasnya memberikan mata tajam karna film mereka terganggu akibat teriakan toa Lala.
Lala hanya bisa tersenyum pasrah sambil memamerkan deretan giginya.

Di tempat yang berbeda, pertandingan olahraga berlangsung meriah.

Ikhwan itu berjalan menerobos keramaian, langkahnya terlihat buru-buru. Lengkap dengan beberapa berkas yg ada ditangannya.

Dear Allah Where stories live. Discover now