Chapter 4

3.7K 452 66
                                    

Diatas pic. Velian kawan.. ^^

Pikiranku terus berputar pada ucapan pria itu semalaman, sampai aku tidak bisa tidur. Aku mulai mencelupkan tubuhku di air sungai. Meskipun segar, namun pikiranku masih saja kalut. Tanda lahir yang sama dengan putra ke empat raja terdahulu, pangeran Vel. Yang benar saja?

Aku sudah mengamati seluruh tubuhku tapi tidak kutemukan tanda lahir itu. Aku yakin sekali kalau tubuhku bersih dari yang namanya tanda lahir, bahkan aku sudah mengecek punggungku dan ternyata bersih. Apa mungkin di kepala tertutup rambut-rambutku? Haruskah aku memotong rambutku sampai botak untuk mengeceknya?

Hari ini aku akan pulang ke rumah, dan aku harus menemukan petunjuk itu. Mungkin—aku perlu menggeledah kamar ayah.

Seusai mandi, aku segera bergegas mempersiapkan diri untuk pulang ke rumah sementara mereka bertiga sudah menyewa kuda untuk perjalanan kami. Aku tidak mengerti kenapa mereka begitu penasaran dengan keluargaku, apa—mereka juga mengetahui sesuatu?

"Berhentilah melamun." Zealda menjitak kepalaku. "Dari semalam kau seperti memikirkan sesuatu. Apa yang mengganggumu?"

Aku mengusap-usap kepalaku akibat di jitak dan aku menatap Zealda yang—tampak berbeda dari sebelumnya. Ia tampak lebih ramah meskipun masih dengan cara yang menyebalkan. Bukan hanya itu, Velian juga mulai berubah sikapnya. Apa—mereka benar-benar sudah menerimaku sebagai anggota dari kelompok ini sepenuhnya?

"Ada yang ingin kutanyakan padamu," sahutku pada Zealda. "Apa—kau tahu mengenai ritual kerajaan dua puluh tahun yang lalu?"

"Kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu?" Zealda memiringkan kepala sambil menatapku heran. "Sebenarnya itulah yang sedang kami selidiki."

"Tidak apa-apa, aku hanya penasaran. Aku mendapatkan informasi kalau keluargaku di bunuh karena ada kaitannya dengan ritual itu."

Kini tiga pasang mata menatapku tajam dengan jawabanku.

"Kau mendapat informasi itu dari mana?"

"Awalnya Aleea yang memberi tahuku, kemungkinan besar keluargaku di bunuh atas perintah raja. Tapi setelah aku menanyakan pada pelakunya langsung, peristiwa itu memang ada kaitannya dengan ritual kerajaan." Aku menatap mereka satu persatu.

"Kita harus secepatnya selidiki rumahmu," ujar Velian sambil menaiki kuda.

Kami semua mulai menaiki kuda dan memacunya. Sepanjang perjalanan kami hanya terdiam dan terhanyut pada pemikiran masing-masing. Pikiranku masih di penuhi dengan tanda lahir ku yang tak pernah kutahu.

Tak lama kami sampai di distrik Drys. Seperti biasa, aktifitas di distrik ini sangat padat. Pemandangan yang ada disini membangkitkan kenangan akan masa kecilku. Tapi semua berubah dari waktu ke waktu. Perjalanan masih berlanjut menuju ke rumahku yang berdiri tak jauh dari padang rumput di tepi hutan.

Perasaanku semakin gusar ketika aku hampir sampai di rumahku. Suasana sepi membuat rumahku mencekam dari kejauhan. Aku menatap tiga pemuda di sebelahku bergantian dan mereka memasang wajah serius, menambah suasana tegang di sekitarku.

Aku menuruni kuda dan segera berlari ke dalam rumah. Pintu terbuka begitu saja ketika aku mendorongnya. Aku mengedarkan pandangan dan rumah ini begitu kosong, hanya meninggalkan bercak darah yang sudah mengering di lantai. Jasad ayah, ibu dan bibi sudah tidak ada entah siapa yang membawanya pergi.

Tanpa pikir panjang aku langsung masuk ke kamarku untuk mengambil pakaianku kemudian masuk ke kamar ayah dan membuka lemari besar yang terkunci. Aku mengambil pisau ku untuk mencongkel pintu lemari sekuat tenaga dan tak lama pintu terbuka, hanya setumpuk pakaian yang menggantung rapi ketika aku melihatnya.

AssassinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang