Epilog Part 2

2.8K 403 233
                                    

Suara riuh di dalam membuatku tersadar bahwa aku telah meninggalkan tempat terlalu lama hingga akhirnya kuputuskan untuk kembali dengan kaki pincang tanpa alas kaki. Saat memasuki ruangan kulihat sudah ada putri Selena di sana. Malam ini ia mengenakan gaun beludru berwarna putih dengan hiasan bunga mawar berwarna biru hingga membuatnya terlihat anggun. Penampilannya begitu sederhana dengan dandanan natural dan tidak berlebihan. Rambutnya pun hanya digelung dengan hiasan pita mungil.

Aku hanya berdiri menyendiri di sudut ruangan dan terpisah dari keluargaku, menatap sosok anggun di sana dengan tatapan kagum. Ternyata acara sudah berjalan sejak tadi dan aku terlambat masuk. Sejenak aku teringat ucapan bibi Theony bahwa ia lebih mirip denganku daripada dengan yang mulia raja atau ratu. Kurasa...memang benar, dia memang tak mirip keduanya, aku justru seperti sedang bercermin saat melihat matanya. Dia...memiliki mata yang sama denganku.

Aku segera menyingkirkan pikiran gila itu dari kepalaku dan lagi-lagi aku mendengar gosip dari para gadis itu. Mereka sedang menggosipi bibi Theony dan juga aku.

"Itu pelayan dari keluarga Emery, kau tahu sendiri bukan, nona Valen Emery tidak bisa mendadani dirinya sendiri, karena itu ia membawa pelayan kemari untuk jaga-jaga kalau dandananya rusak."

"Sayangnya itu tidak benar nona-nona," tepisku setelah aku berada di samping mereka. Tentu saja, kehadiranku yang mendadak membuat mereka sedikit kaget.

Aku melirik ke arah mereka dengan angkuh lalu berjalan menuju tempat putri Selena berdiri. Disisi lain sudah ada raja Zealda dan ratu Liz, mereka berdua menatap kehadiranku yang tiba-tiba muncul menghadap putri Selena.

"Yang mulia putri, perkenalkan namaku Valen Emery. Maaf jika sedikit mengganggu, saya ingin menyampaikan pada yang mulia bahwa ada seseorang yang ingin bertemu dekat dengan anda, dia sangat mengagumi anda."

Aku sadar hampir semua mata menatapku terutama sekumpulan gadis-gadis itu, tapi aku tidak peduli dengan mereka. Bahkan alasan mereka menatapkupun aku juga tidak peduli.

"Wah tidak kusangka ternyata aku memiliki seorang penggemar," jawabnya ramah. Dan pastinya sangat bertolak belakang dengan sikap dinginnya yang mungkin...hanya aku saja yang tahu. "Bisakah aku bertemu dengannya?"

"Tentu yang mulia."

Aku menggandeng bibi Theony yang sedari tadi canggung menjadi bahan gosip dan membawanya ke hadapan putri Selena.

"Nona, seharusnya kau jangan menghadap tuan putri dengan pakaian kotor seperti itu," bisik bibi Theony merasa tidak enak.

Aku langsung melirik gaunku sendiri yang sedari tadi tanpa kusadari ternyata...memang kotor. "Tidak apa-apa," sahutku yang juga canggung dengan gaunku. "Lagi pula sudah terlanjur. Aku akan meminta maaf padanya."

"Dia bibi Theony, pelayanku yang sangat mengagumi anda dan ingin sekali bertemu dengan anda," ujarku setelah kembali lagi di hadapannya.

"Selamat ulang tahun yang mulia putri." Bibi Theony memberi hormat. "Semoga anda panjang umur dan sehat selalu."

"Termakasih banyak bibi Theony. Berhubung kau penggemarku yang pertama bertemu secara langsung denganku, aku akan memberimu hadiah sebagai kenang-kenangan." Putri Selena memberi sebuah kotak kecil. "Mohon untuk diterima."

"Dengan senang hati yang mulia. Terimakasih banyak atas kemurahan hati anda." Bibi Theony terlihat senang dengan kotak pemberian putri Selena dan aku turut merasa lega.

"Sekali lagi terimakasih yang mulia, sudah mengabulkan keinginannya untuk bertemu anda. Selamat ulang tahun." Aku memberi hormat sebelum melangkah mundur.

"Nona Emery, tunggu!"

Langkahku terhenti ketika putri Selena memanggilku. Jantungku sudah berdegup kencang dengan rasa takut. "Sebelumnya saya minta maaf karena telah lancang muncul di hadapanmu dengan gaun kotor—"

AssassinWhere stories live. Discover now