Chapter 35

2.4K 354 161
                                    

Kami berjalan menyusuri lorong gelap setelah melewati pintu rahasia yang selama ini belum kutahu. Udara dingin nan lembab membuat mentelku sedikit berembun, begitupun dengan Velian yang berjalan mendahuluiku dengan membawa lentera.

Aku tak menyangka bahwa mahkota itu di simpan begitu jauh dan tersembunyi, entah dari mana Velian mengetahui lokasinya, tapi yang jelas lorong disini membuatku sedikit sesak. Setelah lama kami berjalan, akhirnya kami menemukan sebuah tangga yang melingkar naik ke atas.

Kami menaiki tangga spiral yang terlihat curam dan sangat tinggi dengan hati-hati. Seberkas cahaya temaram muncul dari atas sana yang berarti kami semakin mendekati luar. Tak lama, kami berada di sebuah ruangan besar yang ternyata berada dibangunan paling tinggi di istana. Sebelum aku tahu ini adalah ruangan, kupikir bagian atas menara yang tinggi hanya sebagai hiasan bangunan. Ternyata ini tempat penyimpanan mahkota yang asli beserta atribut lainnya.

"Aku tidak tahu jika semua benda berharga ini disembunyikan di menara yang sepertinya hanya bangunan hiasan," ucapku mengutarakan.

"Yah, biasanya benda-benda berharga selalu disimpan di bawah tanah. Tapi di sini, benda-benda berharga justru disimpan di tempat yang tinggi dan tak terduga. Awalnya aku juga mengira ini adalah menara pengintai atau semacam monumen tambahan istana, tapi ternyata ini adalah tempat penyimpanan dan pastinya banyak orang tidak akan menyangka. Orang lainpun juga mengira bahwa menara ini hanya menara biasa yang sulit dipanjat dan tidak memiliki pintu. Tapi sebenarnya ada pintu rahasia dibawah tanah yang menuju ke tempat ini dengan sandi-sandi yang rumit," jawabnya sambil menggantungkan lentera di dinding. "Sandi-sandi dibawah tanah juga awalnya kupikir itu hanya hiasan semata."

"Tempat penyimpanan yang cukup cerdas. Bahkan untuk menaiki menara setinggi ini harus melewati ruang bawah tanah terlebih dahulu," tuturku memuji.

Velian meyingkapkan sebuah kain putih yang berisi peti kaca besar. Didalamnya terlihat sebuah mahkota yang berkilau dan juga sedikit dilapisi cahaya sihir. Velian membukanya perlahan dan mencoba untuk menyentuhnya dengan gugup hingga tangannya gemetar. Aku yang melihatnya merasa tegang dan cemas tanpa berani mengalihkan tatapanku.

Cahaya yang meliputinya berpendar dan tak lama tubuh Velian terlempar kearahku hingga aku turut tersungkur di lantai.

"Apa yang terjadi?" tanyaku sambil memegangi kepalaku yang terbentur.

"Dia...menolakku?" jawabnya shock sambil menatap tangannya. "Mahkotanya menolakku."

"Kau takan bisa menyentuhnya jika putra mahkota yang asli masih hidup Velian."

Aku dan Velian menoleh pada sumber suara dan disana sudah ada sosok yang baru saja menaiki tangga dan kini berdiri di ambang pintu.

"Zealda? Bagaimana kau bisa ada di sini?"

Zealda tak menjawab tapi ia menatap mahkota itu lekat.

"Kalau Velian tidak bisa menyentuhnya, berarti putra mahkota masih hidup?"

Zealda melirik atas pertanyaanku. "Itu benar."

Zealda mengulurkan tangannya, hendak menyentuh mahkota itu.

"Tunggu!" sergah Velian. "Kau tidak boleh menyentuhnya. Ditambah kau bukan garis keturunan raja Victor. Kau akan mati begitu kau menyentuhnya."

"Benarkah?" nadanya terdengar menantang.

Aku dan Velian hanya terpaku ketika Zealda benar-benar menyentuhnya. Cahaya itu berpendar dan tak lama serpihan cahaya itu berkumpul menjadi sosok makhluk besar. Sosok itu mengangkat mahkota dengan tangannya dan berkata, "Akhirnya sang pewaris tiba dengan selamat. Selamat datang wahai penerus tahta. Kerajaanmu dan seisinya kini adalah milikmu. Terimalah takdirmu sebagai raja Axylon yang baru."

Assassinजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें