Sakit

12K 2K 110
                                    

Untuk sembuh dari rasa sakit ini

Aku harus berjuang seorang diri lagi

Tapi bagaimana bisa,

Di saat aku kehilangan segala asaku untuk melepaskannya

______

"Hngghh..."

Dua jam terduduk membuat punggungku terasa sakit. Aku merenggangkan tubuhku setelah selesai mengerjakan tugas sekolahku. Mataku tertuju pada dinding jam di dekat pintu kamarku, sudah pukul sepuluh malam rupanya. Kebetulan aku lelah, aku lantas membereskan semua buku-bukuku ke dalam tas dan bergegas untuk tidur.

Sebelum aku hendak pergi ke kasur, langkahku terhenti tepat di depan jendelaku. Diam-diam aku mengintip apa yang terjadi di luar sana saat aku melihat samar-samar ada cahaya dari ruang kecil di samping rumahku. Itulah ruang keramik, tempat dimana dulu aku kerap membuat beberapa kerajinan kermaik dari tanah liat. Di dalam ruangan itu kulihat ada kakak sepupuku tengah memilin tanah liat dan itu terlihat karena kacanya yang menembus dari arah luar.

Aku beruntung jika saat ini aku benar-benar tak tinggal sendiri, pasalnya di samping rumahku masih ada rumah kakak sepupuku. Keluarga merekalah yang kerap memberikan bantuan kepadaku dan juga-juga satu-satunya orang normal yang bisa aku ajak berbicara di keluargaku saat ini.

Keluarga Kak Doyoung memberikan kontribusi terbanyak padaku. Mereka yang membantu aku bisa bersekolah bahkan mereka juga yang membantu perawatan ibuku yang sedang sakit. Aku sering merasa malu setiap mereka terus-terusan membantuku, maka itu sisanya, aku mencoba untuk bekerja mencukupi kehidupanku sendiri.

Gila saja aku setelah diberi biaya untuk bersekolah, aku meminta uang lagi pada mereka untuk jajan di luar sana. Keluarga Kak Doyoung memang baik dan Kak Doyoung sendiri akhir-akhir ini jarang terlihat karena ia sedang sibuk mengurus tugas kuliahnya sampai keluar kota.

Aku menjauh dari jendela kamarku dan menghempaskan tubuhku perlahan di atas kasur. Ini lebih baik setelah tubuhku nyaris remuk akibat seharian penuh ini. Sebelum tidur, aku akan berdoa dalam beberapa detik.

Aku berdoa untuk hari esok, semoga penderitaanku sedikit berkurang. Mustahil jika aku tidak menderita besok, maka aku minta pengurangan saja. Aku berdoa semoga musuhku juga berkurang atau tak ada lagi tawa menyakitkan yang terdengar di telingaku. Dan aku berdoa untuk terakhir kali di malam ini...

Sisakan satu orang yang kelak akan mendengar teriakanku yang nyaris mati tenggelam saat ini.

°°°°°

"Semuanya jangan lupa bersihkan di setiap sisi ruangan kelas!"

Pagi hari di kelasku tampak sedang sibuk karena sedang berlangsungnya jam piket kelas. Piket kelas kali ini tidak melibatkan beberapa orang saja melainkan seluruh murid yang juga harus bekerja membersihkan kelas. Ketua kelas akan memerintahkan kami untuk piket di setiap jam pagi dan piket umum ini akan dilaksanakan sekali dalam seminggu.

Aku sibuk dengan kerjaanku sendiri, membersihkan kusen jendela yang berada di samping bangkuku. Walaupun tak banyak yang kotor, tapi aku melakukan ini hanya untuk seolah-olah aku sedang sibuk saja sehingga mereka tidak menegurku ataupun menyuruhku melakukan pekerjaan berat lain.

Pekerjaan membersihkan kusen jendela ini tidak hanya aku sendiri saja, ada anak baru penghuni bangku belakangku yang juga ikut membersihkan di sampingku.

Aku beralih sebentar untuk mengambil semprotan pembersih kaca di lemari belakang karena ada banyak noda lengket di jendela sampingku. Di sana ada tiga botol yang kutahu itu adalah cairan pembersih, tapi bodohnya aku tak tahu yang mana cairan pembersih kaca itu.

monochrome [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang