Sisi Lain

8K 1.4K 29
                                    

Beberapa dari kita ada yang terbungkam

Beberapa dari kita ada yang kehilangan kekuatannya

Dan beberapa lagi ada yang menghilang dan terkubur bersama kebenarannya.

_______

Tiga hari sudah Jang Hyesang telah menghilang

Bangku di depannya terasa begitu mati bersama hilangnya pemilik bangku itu. Awalnya semua terasa baik-baik saja, tapi kejadian malam kemarin membuatnya terasa begitu mengganjal dan membekas sampai hari-hari telah berlalu. Bayangkan ketika kau melihat teman sekelasmu hendak bunuh diri.

Kenapa tak ada orang-orang yang menyadarinya?

Mark tak melihat satupun orang yang menanyakannya sampai hari ini. Dia juga tak tahu apapun tentang Hyesang selain gosip para anak kelas yang selalu mengatakan bahwa dia itu cacat. Tak ada yang benar-benar peduli bahkan sedikitpun.

Apakah Hyesang sudah mati dalam tiga hari ini?

Mark merasa cemas terhadapnya. Siapa yang terakhir ditemui gadis itu adalah dirinya dan membayangkan jika suatu saat rumahnya akan kedatangan tim polisi karena menemukan jejaknya pada Hyesang.

Kemana dia pergi?

°°°°°

Aku masih di sini.

Aku masih terjaga dan bersembunyi untuk ketiga kalinya di dalam kamarku. Aku mengalami beberapa serangan buruk di dalam pikiranku dan itu telah mengganggu dari kemarin malam. Pagi ini aku terbangun dengan rasa nyeri berdenyut di kepala yang sakitnya bukan main. Dari kantong mataku dan guratan merah dalam bola mataku. Aku adalah mayat hidup dari jembatan beberapa hari lalu.

Sekarang aku terduduk dengan lesu di bawah ranjang kamar. Mataku beralih melihat kondisi telapak tanganku, kapan rasa sakit ini bisa sembuh? Bahkan untuk menulis saja aku tidak bisa. Aku tak sempat membalutnya dengan perban, karena aku sendiripun juga kesulitan melakukannya. Kuteliti satu persatu setiap bekas luka di tanganku yang perlahan memburuk, bahkan ketika disentuh rasa sakitnya benar-benar serasa menusuk jiwa (ini sedikit berlebihan). Karena ini aku nyaris tak bisa melakukan apa-apa untuk makan dan minum saja aku kesulitan.

Tentang bunuh diriku waktu itu, aku benar-benar tak tahu harus melakukan apa lagi sekarang. Aku masih belum merasakan bagaimana rasanya bunuh diri dengan terjun dari atas jembatan. Aku ingin terbang dengan melepas segalanya dan berpikir jika terjun itu berarti aku bisa melepaskan segalanya. Tapi aku masih ingin melakukan hal lebih di dalam hidup ini, tapi yang pertama, aku ingin melepaskan semua beban yang aku tanggung saat ini ditanggung saat ini terlebih dahulu.

Aku menarik rambutku kembali dengan pelan. Efek dari pusing kepala yang kurasakan, hingga saat tanganku menyisir pelan, aku dapat melihat lebih dari sepuluh helai rambut rontok di sana. Aku butuh parasetamol, rasa sakit ini benar-benar mengacaukan segalanya. Lalu aku beranjak keluar kamar dan meraih kotak obat yang tak jauh dari sini. Setelah menelan obat tersebut, aku lantas mengambil gelas yang telah kusiapkan sebelumnya dan aku melupakan satu hal lagi.

"Aaww!!"

PRANK!!

Aku masih belum sembuh dari lukaku.

°°°°°

Satu hari di sekolah berlalu dengan cepat. Semuanya beraktivitas dengan normal dan begitupun sampai bel pulang tiba. Ibu sempat memberikan pesan padanya, bahwa ia harus pulang sendiri saat ini dan segera menuju ke toko roti ibunya. Satu-satunya jalan untuk ke sana adalah dengan menaiki bus.

monochrome [TERBIT]Where stories live. Discover now