Percobaan

9.8K 1.6K 123
                                    

Lantas, kapan hari itu ada?

Hari dimana aku dapat berlari menghindar segalanya

Hari dimana aku melawan irama ketakutanku

Hari dimana aku lepas

________

Aku benci hujan. Demi Tuhan, aku sangat membencinya. 

Tapi aku mengakui jika suasana setelah hujan itu sangatlah menenangkan. Sejujurnya, aku benci ketika aku sedang berada di luar rumah saja, tapi hujan juga membuat tidurku nyenyak. Hujan menciptakan langit gelap di atas sana dan menyebabkan penglihatanku juga akan semakin gelap.

Ada satu kejadian yang sangat kuingat dan itu berada di sekolah. Aku pernah berjalan sendirian di koridor saat langit sedang gelap, tanda-tanda hujan akan tiba. Tak ada pencahayaan dan aku berjalan sambil menuruni anak tangga. Tahu yang terjadi apa? Aku jatuh sampai lantai kedua di antara anak tangga itu.

Tenang saja, aku masih hidup. Tapi lututku sangat sakit setelah kejadian jatuh itu, hingga aku harus bolos dalam dua pelajaran terakhir dan libur sekolah selama tiga hari. Bonusnya aku dipanggil ke ruangan guru karena aku menghilang tanpa kabar selama itu.

Hujan selesai membasahi panggung tanah di bawahnya sekitar pukul setengah sembilan malam tadi. Aku berjalan menuju rumahku dan sesampainya di depan pagar, mataku mulai mengedar mencari keamanan di sekitarnya. Orang rumah sepupuku tak bolehh tahu, maka setelah aman, aku langsung membuka pagar rumah dengan perlahan.

Syukurnya juga tidak dikunci, lalu aku masuk dan—

"Awwss!!"

Bodoh, aku melupakan luka di telapak tanganku. Rasa sakitnya berdenyut hebat di bagian sana.

CIIT!

Decitan pagar di depan mengejutkanku seketika. Lalu kudapati ada Kak Doyoung tengah menyambutku di depan sana. Aku menangkap ekspresi wajahnya yang begitu datar. Aku akan mati segera! Kepalaku menunduk seolah tak tahu apa-apa, lalu berjalan secepat mungkin untuk menghindari kontak dengannya.

"Jangan pergi.."

DEG!!

"Habis dari mana?"

"Dari rumah teman. Aku ada proyek biologi bersama mereka."

"Harus semalam ini?"

Bukannya semua orang sudah tahu bagaimana kerjanya anak SMA di Korea?

"Ada banyak yang harus kami kerjakan," ucapku dan jelas itu berbohong.

Kak Doyoung masih terdiam. Ia sedikit tak yakin.

"Orangnya cukup sedikit, kami kewalahan menangani tugasnya yang banyak." Aku semakin berdosa karena telah membohonginya seperti ini.

"Jangan pulang malam lagi atau lebih baik aku menjemputmu dari sekolah saja."

"Jangan!"

Itu pilihan paling buruk, benar-benar buruk. Kak Doyoung tidak boleh menjemputku di sekolah. Selain aku harus menyambung dengan pekerjaanku, ada masalah di mana aku ingin menyimpan semua hal yang berhubungan dengan keluarga dari sekolah. Aku tidak ingin mereka semua mengetahuinya.

"Aku akan mencoba untuk tak pulang malam lagi."

"Baik, aku percaya padamu."

Hingga tak lama aku merasakan sesuatu yang menyentuh pundakku. Kurasakan itu tangan dingin Kak Doyoung.

"Beristirahatlah." Suara terakhirnya mengucapkan kata itu.

Aku berharap aku bisa setenang seperti kata yang dia ucapkan itu.

monochrome [TERBIT]Where stories live. Discover now