Suara

7.7K 1.3K 61
                                    

Bisa kau lihat aku?

Bisa kau dengar suaraku?

Aku butuh bantuan di sini

Tapi tak seorangpun yang mau mendengarkan teriakanku

________

Malam kembali disambut dengan hujan lebat yang telah bertahan sejak dua jam sebelumnya. Mark masih sibuk di meja belajarnya selagi ia mengerjakan beberapa tugas dari sekolah. Untuk mengalihkan fokus dari ributnya suara di luar, ia memasang headset di telinganya dan meutarkan lagu That Night yang baru saja masuk ke daftar lagu di ponselnya pada sore tadi.

Ia terlalu sibuk dengan kerjaannya sampai tak sadar bahwa ada seseorang yang sedang mengetukkan pintu kamarnya dan berteriak dari arah luar.

"Mark, ayah boleh masuk?"

Mark buru-buru melepaskan headsetnya dan menoleh ke pintu belakang dimana terdapat kepala ayah yang muncul sedikit dari sana. Ia mengizinkannya. Lalu ayah terduduk di pinggiran ranjangnya dan memberikan sebuah note ukuran A5 kepadanya.

"Bagaimana kabar temanmu itu? Kau masih memperhatikannya?" tanya ayah.

"Dia baik hari ini, walau masih tampak aneh," jawab Mark.

"Kalian mengobrol?"

"Kami mengobrol banyak saat pulang sekolah sambil menunggu lampu merah."

Ayah mengangguk dan ia menunjuk ke arah note kecil tadi, "catatlah apapun yang kau amati dan kau anggap penting di buku itu," jelasnya.

"Apakah ini tentang perilaku bunuh diri temanku itu?" tanya Mark.

"Apapun yang kau anggap itu menarik dan kau bisa menyimpulkan hasilnya di akhir nanti," jawab ayah.

Tapi ada keraguan saat Mark melihatnya.

"Bagaimana jika aku tak bisa? Bagaimana jika aku terlambat dan hari ini adalah hari terakhir aku bertemunya?"

"Maka kau harus memperlambatnya. Perlambat waktunya sampai kau benar-benar bisa mencegahnya untuk melakukan hal itu."

Ini tentunya tak mudah untuk Mark lakukan. Akan terasa aneh jika dia tiba-tiba saja berinteraksi banyak dengan orang yang berbahaya seperti Hyesang karena kelas sudah memberinya label seburuk itu. Tapi ia juga ingin mendengar sambil menjelajahi lebih banyak potensi yang tak pernah orang lain ketahui dan itu masih terkubur di dalam diri gadis itu.

Sebelum ayah pergi, Mark menahannya dengan satu pertanyaan dulu.

"Menurut ayah lebih kuat tali tambang atau tali nylon?"

"Well, semuanya kuat tapi tergantung untuk apa dulu digunakan. Tali tambang biasanya paling kuat untuk menahan beban dibandingkan nylon. Itu juga banyak digunakan pada kapal di pelabuhan."

Mark mengangguk menerima jawabannya.

"Untuk apa kau menanyakan itu?"

"Tidak. Aku hanya penasaran saja."

°°°°°

"Baiklah pelajarannya kita tutup dulu. Sampai jumpa di minggu depan dan aku akan memanggil kalian satu persatu untuk maju di materi hari ini."

Pelajaran matematika Pak Junghan resmi ditutup di pukul sembilan pagi ini. Semua murid tampak senang langsung menutup bukunya segera karena mereka sudah tak sabar untuk keluar dari kelas dan sekarang sudah memasuki jam istirahat.

Mark memasuki semua bukunya ke dalam laci, ia sam sekali tak melihat penghuni di bangku depannya dan membuat ia terus dihantui penasaran. Padahal hari ini seuai janji Hyesang, mereka berdua akan mengambil nilai praktik seninya. Dia bingung dimana keberadaan gadis itu. Tapi saat itu juga, Haechan datang menghampiri meja Mark.

monochrome [TERBIT]Where stories live. Discover now