Bagian 11

28.4K 3.1K 138
                                    

Perhatian: jika kalian terlalu lama menunggu hingga bulukan sampai lupa, diharapkan untuk membaca ulang part sebelumnya^^

*HAPPY READING*

"Dasar tuh si Satria! So mantep, ewh." gerutu Lalisa sebal sembari berjalan menuju kelasnya.

Namun langkahnya terhenti saat melihat Niko dan Tsania yang sedang berbincang-bincang di depan kelas. "Dasar orang lagi jatuh cinta, apa apa bedua mulu berasa dunia milik mereka berdua!" kemudian gadis itu kembali melangkah, dan masuk ke dalam kelas tanpa melirik Niko yang daritadi memperhatikannya.

dan rupanya, Tsania daritadi mengikuti arah tatapan Niko yang terus tertuju pada Lalisa. Karena kesal, Tsania menarik dasi Niko hingga laki-laki itu terkejut dan refleks menoleh.

"Apaan sih?!"

"Ya, abis gue ngomong daritadi dikacangin!" gerutunya.

Niko merapihkan dasinya kembali, seraya berbicara. "Siapa yang ngacangin sih? Daritadi gue denger kok, lagian kan gue mau nanya nanya tentang kapan eskul mulai, eh ini malah bicarain yang lain. Gak penting banget," ucap Niko.

"What?!  Gak penting? Terus menurut lu, yang penting itu ngeliatin Lalisa gitu? Iya?" Tsania memelotot tajam, alias mengitimidasi Niko untuk jujur.

Mendengar itu, Niko langsung menghentikan aktivitasnya yang membenarkan tatanan dasi abu-abu. Ia melihat wajah Tsania yang kelihatan kesal.

"Yaudah, sori. Sekarang buruan deh jawab! Kapan gue bisa mulai eskul photography nya?" tanya Niko langsung ke intinya, karena ia sudah jengah berdua-duaan dengan ketua osis yang juga pembina eskul photography.

"Sebenernya sih udah bisa mulai sekarang, cuma syaratnya lo harus kasih data diri lo dulu dan fotoin pemandangan yang menurut lo bagus, abis itu serahin semuanya ke pembina. Abis itu lu resmi jadi anggota," Tsania menjelaskan.

Niko mengangguk paham lalu menepuk bahu Tsania berkali-kali. "Oke thanks infonya, gua masuk ya. Tiati jalan ke kelasnya, takut di gandol kucing." laki-laki itu tersenyum kecil, kemudian masuk ke dalam kelas.

Tsania tidak bisa menahan Niko lagi untuk tidak masuk kelas, karena bell masuk sudah berbunyi. Dan gadis itu hanya bisa mengerucutkan bibirnya dengan sebal, kemudian pergi.

Di dalam kelas, Niko berjalan menuju bangkunya dan matanya lagi-lagi melirik gadis bawel yang tiba-tiba menjadi pendiam dan menampilkan raut wajah bete.

Niko duduk di bangkunya, namun Lalisa lagi-lagi tidak menoleh kepadanya bahkan untuk melirik saja tidak. Tentu itu membuat Niko gusar, dan mencoba mencari perhatian dari gadis itu yang hanya diam menghadap papan tulis.

Niko sengaja menjatuhkan pulpen yang berada tepat di samping lengannya, dan diam beberapa saat untuk menunggu respon dari gadis di sebelahnya itu. Namun hasilnya nihil, Lalisa sama sekali tidak menoleh bahkan terlihat tidak peduli.

"Asisten ambilin pulpen gue dong!" Niko akhirnya membuka percakapan duluan.

Lalisa mendengus sebal, ia langsung mengambil pulpen yang jatuh di kakinya dan ditaruh ke atas meja—tepatnya di hadapan Niko. Kemudian gadis itu kembali menghadap depan.

Dan tentu itu membuat Niko semakin prustasi. Ia benar-benar bingung dengan diamnya gadis itu, yang diingatnya Lalisa diam terakhir kali seperti ini juga saat mereka berdua berangkat bersama-sama untuk pertama kali.

Niko menghembuskan nafasnya dengan gusar sambil menyandarkan tubuhnya di bangku. "Gue udah pernah bilang kan sama lu, kalo lu gak cocok jadi pendiem." Niko kembali berkata walaupun terdengar seperti bisikan, namun Lalisa mendengarnya.

YoursWhere stories live. Discover now