Bagian 25

8.8K 793 211
                                    

"Aaaa... Ayo kita naikin wahana itu satu-satu!"

"Lis, ngapain sih kesini? Ayo kita pulang!"

"Gak mau, maunya kesini, kapan lagi ada kaya ginian. Revan juga waktu dulu suka kan ajak Lalis kesini!"

Revan pasrah meski terdengar helaan nafas panjang, karena Lalisa terus menarik tangannya dan merengek menaiki berbagai wahana, padahal langit sudah menunjukkan gelapnya.

Ya, sebelumnya Revan hanya mengajak gadis itu ke mall untuk sekedar makan sekaligus bertanya sesuatu yang daritadi mengganjal di hatinya. Namun, Lalisa tidak berhenti mengajaknya bermain, ia malah meminta ke suatu tempat yang dimana sekarang dirinya berdiri.

Pameran.

Lalisa sampai excited melihat pemandangan disana, yang dimana ada bianglala cukup tinggi dengan lampu-lampu tumblr mengitari, serta wahana lainnya seperti ontang-anting, kora-kora juga masih banyak lagi. Dan, bukan hanya itu saja, tapi disana juga terdapat para pedagang yang menjual makanan-makanan manis, seperti harum manis atau yang biasa disebut anak SD sebagai rambut Nenek, juga permen kapas.

"Ih..., pengen itu!" Lalisa menunjuk ke dagangan yang menjual permen kapas.

Sementara Revan, ia hanya mengangguk, menuruti permintaan sahabatnya itu.

"Yauda yuk." Revan berusaha enjoy, walau sejujurnya ia sudah capek kesana-kesini ditambah dirinya masih memakai seragam Sekolah. Kemudian, dengan senyuman yang terkesan memaksa, cowok itu merangkul Lalisa dan jalan menuju ke si penjual permen kapas.

"Mas, permen kapasnya satu, ya." pinta Revan ke si penjual.

Lalisa pun segera menoleh dengan alis yang mengernyit. "Satu doang?" tanyanya pada Revan.

Revan menoleh, lalu mengangguk. "Terus? Lalis mau dua?" tawarnya.

Lalisa menggeleng cepat. "Enggak. Bukan gitu maksudnya, tapi emang Revan gak mau? Dulu kan kita suka makan ini."

"Enggak, udah gak suka." jawabnya singkat.

Dan mendengar itu, bibir Lalisa auto mengerucut sebal lalu mengalihkan pandangannya ke depan disaat Revan tak lagi menatapnya.

"Nih, mas." penjual itu memberi gagangan permen kapas kepada Revan.

"Berapa mas?" tanya cowok itu seraya mengeluarkan dompet dari saku celananya.

"Lima belas ribu."

"Makasih ya," ucap Revan seraya memberi uang pas. Dan, setelah itu mereka berdua—Lalisa, Revan pergi.

"Nih, Lalis," cowok itu menyerahkan permen kapas ke Lalisa setelah mereka berdua sama-sama berhenti melangkah dan saling berhadapan.

Lalisa hanya meraih, tanpa bicara. Ia masih kesal. Sementara Revan, langsung mengernyit bingung karena seketika gadis bawel di hadapannya menjadi sangat pendiam.

"Kenapa lagi sih Lalis, hm?" cowok itu mengangkat dagu Lalisa agar dirinya bisa menatap bola manik miliknya.

"Revan berubah." tiba-tiba saja kata-kata itu terlontar. Sontak, Revan pun semakin dibuat kebingungan.

"Berubah apanya?"

Lalisa kali ini serius menatap bola mata Revan. Ia diam sejenak sebelum akhirnya membuka suara.

"Revan udah beda. Lalis gak kenal Revan yang sekarang!" akhirnya Lalisa meluapkan semua yang ada di dalam hatinya terhadap Revan, ia tidak peduli orang-orang tengah memperhatikannya.

Sedangkan Revan, karena merasa malu dilihati orang-orang yang berlalu lalang juga anak-anak kecil itu pun segera memegang dua bahu Lalisa, dan berbicara pelan.

YoursWhere stories live. Discover now