Bagian 19

15.9K 1.7K 205
                                    

"NIKO.... LALIS LAPER....!"

Niko terhenti memainkan hpnya ketika sebuah teriakan yang sangat melengking menembus masuk ke dalam kamarnya. Dan, tentu, itu dari kamar sebelahnya. Kamar si cewek bawel yang tidak pernah tenang sedikitpun selama ia di rumah Lalisa.

"NIKO!!! ARE YOU THERE TETANGGA KAMARNYA LALIS?" Niko menghela nafas sembari bangkit dari sofa yang berada di kamarnya, lalu keluar begitu saja dengan mengenakan kaos polos serta celana boxer. Yaps, memang itulah penampilannya ketika berada di dalam rumah.

"Niko, woy..., nyaut dong!" sementara di kamar sebelah, ada gadis yang tengah berbaring dengan piyama doraemonnya, tengah mencoba memasang telinganya baik-baik agar memastikan jika cowok yang daritadi dipanggil menyahut dan menghampirinya.

"Sumpah ya itu cowok, budek apa giman—

"Gua gak budek—Clekk

Pintu itu terbuka hingga menampilkan sosok Niko yang kini berjalan mendekatinya dengan perasaan yang gusar.

"Lama banget sih! Gue itu laper." Lalisa sebal seraya memutar bola matanya malas. Sontak, Niko yang tidak terima pun membulatkan bola matanya.

"Lah? Lu laper makan lah. Ngapain harus manggil gua? Anak manja!" semprot Niko dengan nada seperti tengah membentaknya, dan tentu itu membuat Lalisa sedikit terkejut karena reaksi Niko yang di luar dugaan. Bahkan, bola matanya terbelalak diikuti mulut yang terbuka sedikit.

"Kok lo gitu sih?" Lalisa mengubah nada suaranya menjadi sendu, dan kedua mata yang menampilkan puppy eyes.

Lalisa tidak pernah dibentak sebelumnya, makannya ia cukup terkejut sampai ingin menangis.

"Emang ada gue nyuruh lo ambil makanan selama kaki gue baik-baik aja?" tanya Lalisa. "Enggak, kan?" ia malah memastikan sendiri.

Niko terdiam, tidak bisa menyahut lagi. Apalagi cowok itu melihat gadis yang tadi tidak sengaja dibentak olehnya, sudah berkaca-kaca. Kemudian, Lalisa pun mengubah posisi badannya menjadi duduk sembari mengalihkan pandangan. Ia malas melihat wajah Niko.

"Sori, Lis," ucap Niko menyesal seraya menundukkan kepalanya. "Gua kebablasan, ini gua ambil—

"Gak usah!" Lalisa langsung memotong perkataan Niko. Setelah itu, ia beranjak dari kasur dan jalan dengan terpincang-pincang melewati Niko yang berusaha meraih bahu Lalisa, namun segera ditepis oleh gadis itu.

"Lis, sori elah," Niko segera berlari keluar dari kamar, untuk mengejar Lalisa.

Lalisa diam, tidak menyahut, dan gadis itu tetap melanjutkan langkahnya meski kakinya masih sedikit sakit, apalagi harus turun ke tangga.

"Udah lu diem aja di sini. Gua yang ambil nih." kata Niko masih membujuk, walaupun mereka berdua sudah berpijak di anak tangga. Dan, sesekali cowok itu melirik kaki Lalisa yang ia yakini masih sakit.

"Gak. Makasih." tolak gadis itu sarkartis dan jutek. Tapi, Niko tetap masih mengikutinya, bahkan ia kembali meraih lengan Lalisa yang tubuhnya hampir oleng.

"Lis—

"Lepas anjir!" Lalisa berhenti melangkah dan menarik tangannya. Yaps, sekarang mereka berdua tengah bertatapan. Tatapan sengit yang diberikan Lalisa tentunya, walaupun Niko tidak sama sekali membalasnya.

"Ngapain sih ngikutin? Lo itu babu gue? Sana-sini ngikutin aja." desis Lalisa sebal, lalu kembali membuang muka.

"Gua minta maaf, tadi gua ke bawa emosi jadi lupa kalo kaki lu lagi sakit." kata Niko menjelaskan.

Sementara Lalisa, ia malah tersenyum pecut tanpa mau melihat wajah Niko lagi. "Pencitraan. Bilang aja sih gue itu beban buat lo, gue itu pengganggu di saat lo lagi chatan sama si Tsania itu, kan?" Terka Lalisa, sok tahu.

YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang