Bagian 18

20K 2.1K 447
                                    

"Aaaaaaa....." suara teriakan itu melengking ke seluruh sudut kamar.

"Neng tahan ya, ini salah urat." titah wanita paruh baya dengan memakai kebaya juga rambut putih yang dikonde. Yaps, nenek itu sedang memijat kaki Lalisa.

"Sakitttttt...., aaaaaa....," Lalisa mengerang kesakitan sembari mencekam kuat lengan Niko yang memang sedang berada di sampingnya sambil merangkul punggung gadis itu. "Pelan-pelan nek." pintanya seraya meringis.

"Iya neng sebentar lagi ini, tahan ya!" Nenek itu tidak berhenti memijat kaki Lalisa, walaupun gadis itu sudah berteriak kesakitan sampai keringatnya mengucur deras.

Sementara Niko, ia harus menahan sakit di lengannya yang mungkin setelah ini akan membiru karena cengkraman gadis itu.

"Nah..., ini udah selesai neng. Bentar lagi juga sembuh itu." Nenek itu mengakhiri pijatannya dengan menutup balsem yang sempat ia oleskan di kaki Lalisa. Sontak, Lalisa pun bernafas legah seraya mengelap keringatnya.

"Huftt..., syukur deh." lirih gadis itu kelelahan.

"Makasih ya nek, tapi kaki dia bakalan cepet sembuh kan?" tanya Niko seraya menaikkan kedua alisnya.

Nenek itu mengangguk. "Besok juga kakinya udah enakan," jawabnya kemudian beranjak dari tempat tidur.
"Kalian tuh adik kakak so sweet pisan ya." lanjut nenek itu melihat keduanya sambil tersenyum lucu.

Sontak, Niko dan Lalisa pun sama-sama terbelalak. "Hah?" kagetnya serentak.

"Kompak lagi." nenek itu menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tapi nek, dia bukan kakak saya—

"Oh pantes...," nenek itu memotong pembicaraan Lalisa, dan mangut-mangut seakan ia paham. "Kalian teh suami istri ya?" terkanya sembari menunjuk Niko dan Lalisa yang semakin terbelalak.

"Pantes so sweet. Tapi kok masih pada SMA udah nikah aja? Kalian teh kalo kebelet atuh ditahan dulu ih, sekolah dulu harusnya yang bener. Nanti kalo udah pada sukses baru nikah, terus nanti si eneng kalo mau pijet biar cepet punya anak sama saya aja, di jamin manjur neng! Gini gini juga saya tenaganya masih kuat buat mijitin yang pengen punya momongan," cerocos nenek itu sekalian mempromosikan diri.

Ya ampun, ya ampun! Ini percakapan macam apa sih?! Lalisa tersenyum cringe mendengar nenek itu berbicara. Sedangkan Niko hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia sendiri bingung harus bagaimana.

"Tapi yaudah lah, asal kalian bisa tahan biar gak kebablasan sampe lulus. Nenek doain semoga kalian langgeng, apalagi kan masih muda gini, masih labil-labilnya. Terus nenek doain semoga nanti punya anak banyak, apalagi kalian masih muda tuh pasti tenaganya—

"Astagfirullah haladzim nek." Lalisa tidak sanggup lagi mendengar perkataan nenek itu selanjutnya, bahkan ia sampai menutup kedua telinganya.

"Kenapa neng? Kakinya sakit lagi?" tanya nenek itu.

"Saya sama dia itu—

"Aaa.., makasih nek doanya," ucap Niko tiba-tiba berdiri dan tersenyum ramah pada nenek itu yang terlihat kebingungan. "Biar saya anter nek pulangnya." tawar Niko.

Nenek itu mengangguk, namun sebelum pergi ia melihat Lalisa yang tengah mengalihkan pandangannya tidak mau melihat nenek itu seraya mengerucutkan bibirnya sebal. "Nak, jagain istrinya ya keliatan banget dia masih labil, masih suka liatin cogan di sekolahnya nih pasti." nasihatnya menyindir Lalisa. Sontak, gadis itu pun langsung menoleh lagi, begitupun Niko yang ikut membulatkan bola matanya ketika mendengar nasihatnya.

"Nenek tau cogan itu apa?" tanya Niko memastikan seraya menaikkan alisnya sebelah.

"Yailah, nenek tua-tua gini tau bahasa anak jaman sekarang." jawab nenek itu layaknya anak muda.

YoursWhere stories live. Discover now