Chapter 1

2.3K 237 52
                                    

Scorpius memandang takjub pada semua orang yang berlalu lalang di Diagon Alley. Entah mengapa hari ini ia begitu bahagia bisa menginjakkan kakinya disini.

Bukan tanpa alasan ia seperti itu, ini karena ia datang kemari untuk membeli perlengkapannya sendiri, bukan perlengkapan kakak kembarnya.

"Grandma, kira-kira tongkat seperti apa ya yang akan aku dapatkan?"

Narcissa yang mendengar penuturan cucunya hanya bisa tersenyum geli, "Entahlah, yang pasti jauh lebih baik dari Lyra dan Rhea."

Mendengar jawaban Narcissa membuat semangat Scorpius naik berkali-kali lipat. Ia tak bisa berhenti menaikkan kedua sudut bibirnya membuat senyuman yang begitu tampan. Semua orang disana menatap Scorpius penuh kagum.

Bagaimana tidak? Walaupun umurnya baru sebelas tahun tetapi ia memiliki paras yang rupawan. Rambut pirang platina, wajah putih bersih, tubuh yang tinggi, senyum yang manis, dan yang paling menarik perhatian adalah warna matanya yang hazel.

"Lihat Scorp, orang-orang melihatmu tanpa berkedip." ujar Lucius sembari tersenyum jahil pada cucunya, sama seperti dulu saat ia menggoda Draco. Ah, Lucius merindukan hal itu.

Scorpius hanya menanggapinya dengan menaikkan satu alisnya, "Tentu saja. Aku kan tampan."

Lucius dan Narcissa yang mendengar jawaban cucunya hanya bisa tertawa. Kelakuan Scorpius mengingatkan mereka akan putra semata wayang yang telah meninggal demi menyelamatkan orang lain, Draco Malfoy.

Bagaimanapun juga mereka sebagai orang tua sangat menyayangkan keputusan Draco. Namun, mau bagaimana lagi? Draco telah memilih jalannya. Jalan yang dia anggap paling benar.

Lucius dan Narcissa percaya, kalau saat kejadian Draco masih dapat menyelamatkan dirinya, ia pasti akan keluar dan mungkin saat ini yang menemani Scorpius belanja bukanlah mereka tetapi Draco.

Namun waktu telah berlalu, dan lambat laun Lucius dan Narcissa mulai bisa menerima kenyataan yang terjadi. Kenyataan bahwa putra semata wayang mereka telah tiada demi menyelamatkan orang lain.

"Grandma, Grandpa! Lihat! Sapu terbang keluaran terbaru, menurut kalian apa aku bisa masuk tim Quidditch asrama nantinya?" tanya Scorpius sambil menatap sapu terbang keluaran terbaru itu dengan takjub.

Lucius menjawab sembari mengusak surai pirang cucunya, "Kalau kau mau kau pasti bisa."

Scorpius menatap Lucius dengan cemberut, "Tidak! Aku tidak mau Grandpa menyogok tim Quidditch agar memasukkanku pada tim mereka, seperti yang kau lakukan dulu pada Dad."

"Darimana kau tahu?" tanya Narcissa keheranan.

Scorpius mengendikkan bahunya, "Dari Mommy. Mom bilang dulu semasa sekolah Dad itu licik, dan selalu mengganggunya, paman Harry, dan paman Ron."

"Jadi kau membenci Daddymu?" tanya Lucius.

"Tentu saja tidak. Walaupun begitu Mom bilang, Dad itu sudah berubah jadi manusia baik hati. Kalau dia masih jahat aku yakin Mom tidak akan mau menikahinya, dan Dad juga tak akan repot-repot mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan orang lain."

"Jadi kau menyayanginya?"

Scorpius mengangguk sambil tersenyum, "Kalau saja aku diberi kesempatan untuk bertemu Dad, aku akan langsung memeluknya dan berkata, bahwa selama aku hidup dan sampai aku mati nanti aku akan terus menjaga Mom seperti dirinya."

Narcissa mencoba sekuat tenaga untuk menahan air matanya begitu mendengar ucapan Scorpius, sedangkan Lucius tersenyum bangga sembari tetap mengusak surai pirang cucunya.

Saat mereka berbalik untuk menuju toko Ollivander, di kejauhan tepat di gang sempit, Scorpius melihat seseorang —yang memakai jubah compang-camping, tudung yang menutupi hampir seluruh wajahnya, dan tangan kanannya mengapit suatu tongkat penopang tubuh— melihat dirinya.

Be My Boyfriend (Sequel A New Wife)Where stories live. Discover now