Chapter 4

1.5K 212 4
                                    

Apollo yang berusaha menenangkan Lyra dibantu Artemis, tiba-tiba dikejutkan dengan suara tawa dari sosok yang familier. Ia menengok, didapatinya Albus dan Scorpius sedang tertawa terbahak bersama Fred. Mereka menertawakan seorang gadis kecil —yang mungkin akan memasuki tahun pertamanya di Hogwarts— yang lidahnya beku karena permen buatan Fred.

Apollo langsung bangkit dari duduknya, ia menggeser pintu kompartemen dengan lebar lalu menghampiri kedua anak itu.

"Mengapa kalian disini?" tanya Apollo lembut.

"Kami diusir oleh James." ujar Scorpius merajuk.

Albus mengangguk dan menimpali, "Dia memang pengkhianat."

Apollo mengernyit, "Diusir?"

Albus mengangguk sambil mengunyah beberapa permen. Sesaat kemudian ia ingin memuntahkan permennya namun dicegahnya dengan segera menelannya.

"Rasa apa?" tanya Scorpius bersemangat.

"Muntah, huek!" jawab Albus tak suka. Setelahnya mereka tertawa bersama. Merasa diabaikan kedua bocah itu, Apollo langsung bergerak kesamping dan mendapati pemandangan yang tak disukainya.

Kedua matanya jelas membelalak saat melihat James memeluk Rhea dengan erat. Walau Rhea tak membalas pelukannya tapi tetap saja hati Apollo terasa sakit. Seketika nyeri menjalar keseluruh tubuhnya. Jujur ia tak suka dengan perasaan ini. Sebenarnya ada apa dengan hatinya? Mengapa ia begitu bimbang?

Lyra yang mendapati Apollo tak berada di depan kompartemen segera mengikuti lelaki itu. Dilihatnya Apollo meremas jubahnya dengan erat. Merasa khawatir Lyra menghampirinya, dan mendapati pemandangan yang sama seperti yang dilihat Apollo.

Jadi ini yang membuat Apollo merasakan sakit?

Melihat Rhea bersama orang lain?

Entah mengapa Lyra juga ikut merasakan sakit seperti yang dirasakan Apollo. Ia menepuk pundak Apollo dan lelaki itu langsung menatapnya kaget.

"Jadi benar selama ini kau lebih memilihnya daripada aku?" tanya Lyra yang tak kuasa menahan semua rasa sakit di dadanya.

Apollo tak menjawab, ia justru memeluk Lyra. Hal inilah yang membuat Lyra bingung dengan keadaan ini. Apollo selalu memberikan perhatiannya padanya. Namun tak bisa dipungkiri bahwa saat ini Lyra tahu bahwa hati Apollo sedang dilema.


***


"Aku pasti masuk Gryffindor." sombong Albus yakin pada temannya —walaupun sering bertengkar— yang memiliki warna rambut khas itu.

Scorpius hanya memutar kedua bola matanya malas, ia menaiki tangga mendahului anak sang pahlawan perang itu, "Bagaimana kalau kau masuk Slytherin?"

Albus mengendikkan bahunya, "Kata Ayahku semua asrama itu sama."

Scorpius berhenti di tengah-tengah tangga yang menimbulkan kemacetan sementara disana. Ia bersedekap memandang lawan bicaranya itu, "Nyatanya masih banyak terjadi perseteruan antara Slytherin dengan Gryffindor, dan Gryffindor dengan Ravenclaw."

"Kalau begitu aku masuk Hufflepuff saja." jawab Albus sambil melangkah menaiki tangga. Ia mensejajarkan dirinya dengan Scorpius lalu menepuk pelan pundak sobatnya itu. Tak lupa Albus menampilkan ekspresi seperti orang pasrah.

"Ah, terserah! Tak ada satupun keluargamu yang cerdas!" hina Scorpius sebal yang ditanggapi tawa oleh Albus. Bagaimanapun juga Albus tahu bahwa Scorpius suka merajuk.

"Eh, Scorp!"

Scorpius menengok kesal, "Apa?"

"Entah mengapa aku lebih yakin kau akan masuk Slytherin ketimbang Gryffindor."

Be My Boyfriend (Sequel A New Wife)Where stories live. Discover now