Chapter 14

1.3K 202 45
                                    

Sunyi senyap pada gang kecil ini tak mempengaruhi semangat anak lelaki berambut pirang itu. Berbanding terbalik dengan sang anak perempuan berambut merah yang nampak berusaha menghindari tanah berlumpur. Sedangkan anak lelaki satunya yang berambut hitam justru dibuat kebingungan dengan sikap kedua sahabatnya.

"Scorp, lebih baik kita kembali ke Hogwarts." ucap si gadis seraya menunjukkan wajah muak pada sepatunya yang hampir sempurna tertutup lumpur.

Si rambut pirang yang melihat wajah sahabatnya itu hanya bisa menunjukkan ekspresi datar. "Kita sudah sejauh ini dan aku tak ingin kembali."

"Ah, kalian ini membuatku bingung. Sebenarnya siapa yang akan kalian temui? Si pria pincang itu?" tanya si rambut hitam seraya mengacak rambutnya.

Scorpius tersenyum. "Ya. Aku punya firasat baik pada pria itu."

"Firasat baik atau apalah itu, tetap saja apa yang kita lakukan ini salah, Scorp." ujar Rose kesal.

"Lalu kau tak bersalah karena menyembunyikan hal penting dariku?"

"Aku tak pernah merahasiakan apapun darimu."

"Lalu mengapa kau mencegahku begitu keras untuk menemui pria pincang itu?"

Rose terdiam. Sahabatnya itu terlalu keras kepala untuk mengerti maksudnya. Tak mungkin ia repot-repot melakukan hal ini jika bukan demi kebaikan sahabatnya.

"Jawab, Weasley!"

"Scorpius Malfoy! Bagaimanapun juga aku tak suka jika kau membentak Rose seperti itu." ucap Albus menahan amarahnya sendiri agar pertengkaran diantara mereka tak terulang lagi.

"Jika ia menjawab aku tak akan--"

"Aku tak ingin kau mati." potong Rose.

Akibat ucapannya kedua lelaki itu membisu, berusaha mencerna kalimat yang baru saja dilontarkan sang gadis. Rose menangis setelahnya dan hal itu lantas membuat Albus dan Scorpius kalang kabut.

"Sudah kukatakan berkali-kali bahwa ini mungkin saja tak menguntungkan bagi kita. Aku tak ingin ada yang mati karena hal ini."

"Rose, mungkin itu hanya ketakutan berlebihan pada--"

"Terserah, lanjutkan saja perjalanan ini."

"Rose--"

Rose menghapus kasar air matanya. "Kau akan tahu jika kau telah mencapai ujungnya."

Sedikit menyesal dengan ucapannya sendiri, Scorpius tetap melanjutkan perjalanannya. Albus dan Rose mengekor dibelakangnya. Gang sempit itu akhirnya menemui titik ujung dimana justru terdapat tempat pembuangan sampah akhir disana.

Tak begitu kumuh namun baunya cukup tak sedap karena hujan telah mampu menyebarkan aromanya sedemikian rupa. Di dekat tempat pembuangan tersebut terdapat beberapa rumah kecil yang keadaannya begitu memprihatinkan.

"Kau yakin ini tempatnya, Rose?" tanya Albus sedikit mengernyit.

Rose menganggukkan kepalanya. "Kakek memberitahuku disini kemungkinan tempatnya tinggal."

"Jika si pria itu benar-benar Malfoy, bukankah ini sedikit, err-- berlebihan?"

Scorpius berbalik begitu mendengar penuturan Albus. Matanya menyipit kala anak lelaki seumurannya itu menunjukkan ekspresi tak percayanya.

"Apa maksudmu?"

"Bukankah tempat ini terlalu buruk bagi seorang Malfoy?"

"Kita belum benar-benar mengeceknya, Albus."

Albus tertawa. "Tapi dari tempatnya saja semua orang tahu jika yang kau cari bukanlah Malfoy. Bahkan jika seseorang bereksperimen dengan memasukkan seorang Malfoy kedalam hutan pasti ia akan mati terlebih dulu."

Be My Boyfriend (Sequel A New Wife)Where stories live. Discover now