Chapter 19

1.4K 185 11
                                    

Gadis itu ingin sekali segera menggerakkan tongkat sihir dan merapalkan mantra untuk menghentikan aksi sosok pengacau berjubah itu. Sedendam apa sih sosok itu pada keluarganya?

Tak cukupkah ia telah berhasil membunuh Ibunya dulu? Sekarang ia ingin menghabisi semuanya?

Jujur Rhea tak bisa tinggal diam melihat sosok itu memandang remeh semua orang disini seperti memandang ayam potong yang hendak disembelih. Tatapan mata orang itu jelas sekali menunjukkan bahwa membunuh semua orang disini tak ada bedanya dengan membunuh sekelompok hewan.

Bahkan seringainya sangat ambisius. Sosok itu jelas jelmaan iblis.

Sebelum ia membunuh semua orang, ia harus dibunuh terlebih dahulu.

Sosok itu pantas untuk mati. Nantinya neraka akan menerimanya dengan senang hati.

"Tak akan kubiarkan!" ujar Rhea seraya berlari mendekati sosok yang masih senantiasa mencengkram Apollo.

"Rhea jangan!" cegah James dan Lyra. Keduanya tak bisa menahan Rhea lebih lama karena gadis itu terus memberontak hingga akhirnya berlari mendekati malaikat maut itu.

Rhea sendiri ingin segera mempraktikkan kutukan tak termaafkan itu sekarang untuk mengakhiri semua ini. Biarlah tangannya ternoda karena telah melakukan kutukan tak termaafkan, karena baginya saat ini tak ada bedanya antara selamat atau mati. Namun tiba-tiba saja sebuah ide terlintas diotaknya.

Bukankah pantas menyiksa sang iblis terlebih dahulu sebelum membantunya menemui ajal?

Dengan lantang Rhea merapalkan, "STUPE--"

"Stupefy!"

"ARGHHH!"

"RHEA!"

Sialan! Sosok itu justru menyerang Rhea terlebih dahulu. Matanya sangat jeli, padahal jika dipikir-pikir sosok itu sendirian dan jika diserang bersama-sama tentu ia akan kalah.

Sayangnya, tak semudah itu.

Sosok itu pintar mempermainkan logika dan perasaan lawannya.

"EKSPELLIARMUS!"

CTAKK!

Semua orang terkejut melihatnya dan langsung menoleh ke arah Rose. Ya, barusan Rose melucuti tongkat sihir sang iblis sesaat setelah ia tertawa melihat Rhea yang diserangnya terlebih dahulu.

"Ya ampun, Rose!"

Dibalik tudung jubahnya, iblis itu mengeratkan giginya. Ia marah. Bisa-bisanya anak tahun pertama menyerangnya tanpa sepengetahuannya? Bukankah dengan seperti ini ia terlihat lemah?

Diam-diam Hermione menyeringai setelah mendapat suatu fakta. Fakta dimana iblis itu memiliki sisi lengahnya. Dengan begini, ia bisa menyerang sang iblis tanpa mendapat serangan balik nantinya.

Sejak diserang beberapa kali oleh iblis itu, entah mengapa otak Hermione rasanya tak bisa berpikir jernih seperti dulu. Mungkin ini efek mantra yang sekarang tengah bergerilya menguasai tubuhnya.

Saat Hermione akan menyerang sang iblis --yang tengah berjalan mendekati Rose-- tiba-tiba dari belakang tubuh gadis berambut merah itu muncul sosok lain. Sosok itu sama-sama berjubah dengan tudung yang menutupi hingga matanya.

Sosok dibelakang Rose itu mengacungkan tongkat sihirnya, siap menyerang Rose dari belakang tanpa sepengetahuan gadis itu.

"AWAS!" teriak Hermione seraya mengarahkan tongkat sihirnya ke arah sosok di belakang Rose.

"Hermione, tidak jangan lakukan itu!" teriakan Draco tak bisa membuat Hermione berhenti. Nyatanya, kini Hermione tengah siap melakukan perlawanan.

Be My Boyfriend (Sequel A New Wife)Where stories live. Discover now