Chapter 11

1.3K 187 8
                                    

Langkah kakinya yang tergesa-gesa sudah cukup membuktikan bahwa sang empunya dalam kondisi tak baik. Semalam suntuk Hermione menangis karena merindukan sang suami yang telah tiada.

Kau tahu rasanya terbelenggu rindu yang tak tersampaikan?

Yah, rasanya hampir mirip dengan seseorang yang lumpuh. Tak bisa bergerak, hanya mampu menangis.

Helena telah berulang kali membujuk dan menasihati sang anak. Namun sifat batu yang dimiliki Hermione membuatnya tak bisa menerima alasan yang diucapkan Helena.

Hermione percaya bahwa matanya tak mungkin salah.

Ia telah bertahun-tahun memandang manik kelabu itu. Jika salah, kemungkinannya sangat kecil. Ya, seyakin itulah ia.

Sesampainya di ladang labu, atensi Hermione langsung memandang ke segala penjuru. Tak satupun orang yang ia lewatkan. Hermione terlalu takut jika ia ceroboh maka konsekuensi yang harus diterimanya sangatlah besar.

Kehilangan ia untuk kedua kalinya.

Saat atensinya menangkap sosok pria pincang itu ia segera berlari menghampirinya. Meski berkali-kali kakinya tersandung tanah, tetap saja tekadnya masih bulat. Baginya, meraih angannya kini yang telah di depan mata jauh lebih penting daripada luka kecil yang ada di kakinya.

Ditepuknya pundak pria pincang itu dan sang empunya langsung berbalik.

Pandangan mereka bertemu.

Pria pincang itu cepat-cepat menurunkan topinya hingga matanya hampir tak kelihatan.

"Kau mengingatku?" tanya Hermione.

Pria yang diketahui bernama Johnny Hubert itu nampak bimbang karena pertanyaan Hermione yang ambigu.

Dengan cepat John mengambil salah satu labu terdekat, memikulnya, lalu membawanya pergi menjauhi Hermione.

Merasa terabaikan Hermione langsung mengambil labu yang dipikul John dengan kasar. Bukan sampai disitu aksi Hermione karena saat John berbalik ia membanting labu itu ke tanah.

Perbuatan Hermione membuat semua orang di ladang memperhatikan mereka. Bagaimana tidak, jelas sekali bahwa Hermione telah merusak labu hasil panen mereka.

John yang memandangnya, kini ambil suara. "Apa maksudmu? Kau ingin aku kehilangan pekerjaanku?!"

"Kutanya sekali lagi, apa kau mengingatku?!" tanya Hermione tak kalah keras.

Mata John berlarian kesana kemari berusaha menghindari kontak dengan manik madu itu. Wanita di depannya itu terlihat begitu marah dan ia tak tahu pasti apa penyebabnya.

John dibuat makin kebingungan kala wanita berambut kecoklatan itu mulai menangis. Kedua telapak tangannya ia gunakan untuk menutupi wajahnya. Tubuhnya pun ikut bergetar hingga percuma saja ia menyembunyikan tangisnya karena siapapun tahu bahwa wanita itu sedang menangis.

Dengan langkah ragu John memberanikan diri mendekati Hermione. Bagaimana pun juga ia benci melihat orang menangis. Bukankah menangis justru hanya akan memperlihatkan sisi lemahmu pada orang lain?

Digenggamnya pergelangan tangan Hermione dan dengan perlahan ia turunkan. Kini John bisa dengan jelas melihat wajahnya. Ya, merah dan sembab.

"Apa yang membuatmu menangis hingga seperti ini?" tanya John.

"Aku merindukanmu."

"Aku?"

"Ya. Kembalilah padaku, Draco." lirih Hermione penuh permohonan.

Mata John membulat. "Draco? Siapa Draco?"

"Kau! Draco Malfoy, itu kau!" seru Hermione.

Merasa kesal dengan hal ini Hermione lekas melepas topi yang dikenakan John. Kini ia bisa jelas melihat wajah John tanpa tertutup topinya.

Benar saja, rambut pirang, manik abu, dan wajah yang tak mungkin lagi ia sembunyikan.

"Jadi benar kau Draco Malfoy? Suamiku?"

"Kau tahu namaku bukan Draco Malfoy. Aku Johnny Hubert." elak pria pincang itu.

Perkataan pria di depannya itu justru membuat Hermione menyeringai. "Jangan berpura-pura lupa ingatan, Malfoy."



***



"Rose apa-apaan kau ini?!" teriak Scorpius seraya menggebrak meja yang digunakan Rose untuk mengerjakan tugasnya.

Tanpa wajah terkejut sedikit pun, Rose menatap Scorpius. "Menurutmu apa yang sedang kulakukan, Scorp?"

Scorpius mendengus dan memutar kedua bola matanya. Huh, lihatlah gadis itu seperti tak memiliki rasa bersalah!

"Kau ingin menggagalkan rencanaku, ya?"

Rose meletakkan pena bulunya secara perlahan dan menatap Scorpius lembut. "Aku melakukannya demi kebaikanmu, Scorp."

"Kebaikan apa? Kau justru menjauhkanku dengannya!"

"Pria itu belum tentu Daddymu."

"Bagaimana kalau iya?"

Rose mendengus lalu ia bangkit untuk mengembalikan salah satu buku yang ia gunakan untuk mengerjakan tugas. Scorpius membuntuti Rose berjalan di antara jajaran rak buku untuk memilah buku yang akan ia baca.

Kesal karena tak direspon, Scorpius kembali bersuara. "Mengapa kau bisa yakin bahwa pria itu bukan Daddyku?"

Jujur saja, Scorpius tak tahu dengan jalan pikiran gadis bersurai merah itu. Bahkan untuk mencegah Scorpius menemui pria pincang itu, Rose harus repot-repot mencegahnya dengan meminta bantuan Profesor McGonagall.

"Rose jawab aku!" pada akhirnya Scorpius memaksa Rose untuk berhenti dengan menggenggam pergelangan tangannya.

Anak sulung dari Ron Weasley itu berbalik. "Ia Malfoy. Seorang Malfoy jelas tak bisa hidup serba kekurangan seperti pria pincang itu."

"Ia pincang Scorp. Dan menurutku ia juga memiliki penyakit lain di tubuhnya. Jika benar ia Daddymu mengapa ia tak kembali? Untuk apa ia memilih jalan seperti ini? Logikanya, jika ia mencintai keluarganya apapun yang terjadi ia pasti kembali bukannya menghilang seperti ini." lanjut Rose.

"Tapi ia--"

"--dan lagi, Daddymu telah tiada. Jika ia Daddymu lalu siapa yang dimakamkan dengan nama Draco Malfoy itu?"

Scorpius menunduk, ia merasa bahwa ucapan Rose benar. Namun, hatinya tetap saja ingin menemui pria pincang itu.

"Aku mencegahmu untuk menemuinya karena aku ingin melindungimu. Aku takut kalau-kalau pria pincang itu baik padaku hanya untuk menjadikanku umpan agar ia bisa menyakitimu."

Rose tersenyum lalu menepuk pelan pundak Scorpius. "Kau tahu apa yang membuatku berpikir sejauh ini?"

Scorpius menggeleng.

"Snape mengetahui semua ini. Maksudku, pertemuanku dengan pria pincang itu. Yah, aku berpikir bahwa selama ini aku dimata-matai Snape yang berusaha menyakitiku dengan mengambil semua orang terdekatku."

"Mengapa Snape ingin menyakitimu?"

Rose mengangkat kedua bahunya. "Tak tahu. Tapi kemungkinan besar cerita lama."

"Cerita lama?"

"Tentang Severus Snape yang mencintai Lily Evans."










Tbc
Selamat berpuasa yang menuju lebaran ya ❤

Be My Boyfriend (Sequel A New Wife)Where stories live. Discover now