Chapter 20

2.1K 188 38
                                    

Pemakaman Narcissa, Lucius, Rhea, dan Rose dilakukan kemarin secara bersamaan. Pemakaman yang begitu mencekam dan tak pernah diduga sebelumnya membuat semua pelayat tak bisa menyembunyikan rasa duka mereka.

Lavender dan Hugo yang baru tahu bahwa Rose telah meninggal tak bisa berhenti meraung dan menangis. Terlebih Lavender yang merasa begitu kehilangan hingga akhirnya pingsan beberapa kali.

Suasana duka itu juga menyelimuti Hogwarts dan merambat pula di rumah sakit St Mungo tempat Hermione di rawat.

Hogwarts tidak seperti hari biasanya yang selalu ramai oleh suara, canda, tawa, dan teriakan murid. Hari ini suasana Hogwarts begitu hening. Semua penghuni tetap melakukan kegiatan mereka seperti biasa, hanya saja mereka melakukannya dengan tidak menimbulkan suara yang berlebihan.

Mereka melakukan hal ini untuk menghormati mereka yang berduka. Sebenarnya, hampir semua orang yang mengenal Rhea dan Rose terlihat murung. Wajah mereka terlihat kusut dengan mata yang membengkak dan kantung matanya terlihat makin tebal.

Mereka tentu saja terkejut tentang berita kematian Rhea dan Rose. Semua orang tahu bahwa menjelang malam kedua gadis tersebut masih terlihat ceria, tak ada yang memiliki firasat buruk tentang hal itu.

Sampai saat kemarin pagi berita itu datang, mereka semua hampir tak percaya dengan ucapan Profesor tentang kematian itu. Tak ada angin tak ada hujan, bagaimana mungkin kedua gadis itu menjemput mautnya?

Berita tentang serangan di Malfoy Manor dengan cepat tersebar di seantero Hogwarts yang dibicarakan dari mulut ke mulut. Berita yang kadang dilebih-lebihkan itu membuat James meringis mendengarnya.

Gadisnya...

Rhea dituduh melakukan hal yang sia-sia. Dari gosip yang beredar pengorbanan Rhea untuk melindungi keluarganya adalah kesia-siaan belaka karena pada saat itu auror telah datang untuk menangkap para pembunuh itu.

Katanya, Rhea melakukan hal itu sebagai upaya untuk bunuh diri.

James tahu Rhea terkenal sebagai sosok gadis pendiam yang tak banyak bicara dan tak banyak memiliki teman. Tetapi bukankah gosip --untuk seseorang yang melakukan pengorbanan nyawa demi keluarganya-- itu keterlaluan?

Mereka tak ada di tempat kejadian, lalu bagaimana mungkin mereka dengan mudahnya menuduh dan membicarakan Rhea?

"Jika kalian tidak tahu, tak usah banyak bicara!" bentak James begitu ia mendengar teman seasramanya menggosipkan Rhea.

Salah satu temannya menjawab dengan diselingi tawa renyah. "Rhea sudah mati, bro. Untuk apa kau membelanya?"

Temannya yang lain menjawab. "Lagipula mengapa kau tak bisa diajak bercanda sih? Bukankah James Potter itu--"

James bangkit dan menghentakkan kakinya, lalu ia segera pergi meninggalkan asrama. Jujur, ia tak ingin tahu ucapan mereka selanjutnya. Telinganya telah panas mendengar semua ocehan tak berdasar itu. Yang ia inginkan hanya pergi ke menara astronomi untuk berbicara dengan Rhea yang saat ini telah menjelma menjadi hembusan angin.

***

"Ra?"

Yang dipanggil tak bergeming.

"Ra?" panggil laki-laki itu lagi.

Gadis berambut pirang itu menoleh dengan mata sembabnya.

"Mengapa Ra?"

Apollo mengerjapkan matanya. "Bukankah itu namamu?"

"Aku tahu kau rindu memanggil 'Rhe'."

"Aku cukup waras untuk membedakan yang mana 'Ra' dan 'Rhe'."

Be My Boyfriend (Sequel A New Wife)Where stories live. Discover now