Chapter 3

1.6K 228 11
                                    

Perasaan Hermione makin tak karuan setelah mendengar ucapan Scorpius. Ia memang tidak sepenuhnya membenarkan ucapan anaknya yang berumur sebelas tahun itu. Tapi, ia juga pernah melihat hal yang sama seperti yang diceritakan Scorpius kemarin.

Sosok laki-laki yang memiliki postur tubuh seperti Draco, bahkan rambutnya yang khas sama. Hanya saja kakinya pincang dan jalannya terseok-seok, pakaiannya juga terlihat seperti pengemis. Hermione tertawa dalam hati, mana mungkin seorang Draco Malfoy mau memakai pakaian pengemis. Hermione pernah melihatnya di Diagon Alley saat ia ingin menemui George di tokonya.

Awalnya ia tak begitu memikirkannya karena mungkin saja hanya sekilas mirip, karena Draco asli sudah lama meninggal sejak sebelas tahun lalu.

"Mione!" teriak Harry sambil melambaikan tangannya. Aku ikut melambaikan tanganku dan tertawa ketika ia mendorong dua troli berisi barang-barang yang sangat banyak. Harry yang sudah berumur jadi terlihat bodoh apalagi dengan kacamata bulatnya yang melorot. Semua orang di peron 9¾ tentu saja memandangnya aneh, namun tentu saja mereka maklum karena Harry adalah pahlawan mereka.

Ginny di belakang tersenyum kecut sembari menggandeng Albus dan Lily. Sedangkan James meniru apa yang dilakukan Harry dan tak lupa menampilkan senyum jahilnya.

"Ron mana?" tanya Hermione ketika Harry telah sampai dihadapannya. Yang ditanya menengok ke belakang lalu mengendikkan bahunya.

"Tadi di belakangku, wah Scorp kau makin tampan saja."

Pujian Harry membuat pipi Scorpius menampilkan semburat merah, "Tentu saja." jawab Scorpius sambil tersenyum miring.

Harry yang mendengarnya hanya bisa terbahak. Tak lama kemudian Ginny datang disusul Ron, Lavender, Rose, dan Hugo yang tentu saja berlari karena peluit kereta telah berbunyi.

Semua anak langsung masuk ke kereta, saat sampai di ambang pintu Scorpius berkata, "Mom, aku akan berusaha masuk Gryffindor karena Lyra dan Rhea sudah masuk Slytherin. Tapi kalau takdirku masuk Slytherin, jangan benci aku ya?"

Hermione tersenyum simpul, anaknya itu tahu bagaimana cara membahagiakannya tanpa perlu ia meminta, "Di asrama manapun kau ditempatkan, Mom tak akan pernah membencimu."

Scorpius tersenyum lebar dengan mata berbinar. Ia melambaikan tangannya ketika kereta bergerak pergi meninggalkan peron 9¾. Hermione berusaha menahan tangis. Tahun-tahun sebelumnya ia tak begitu merasa kesepian ditinggal si kembar ke Hogwarts karena di rumah masih ada Scorpius yang menemaninya. Tetapi tahun ini dan seterusnya ia akan merasa kesepian. Huh, setelah ini ia harus membuat daftar tempat wisata agar ia tak larut dalam kesendirian.

"Mustahil bagi Scorpius masuk Gryffindor. Jelas-jelas ia sembilan puluh persen mirip Malfoy." ujar Ron yang ditanggapi anggukan oleh semua orang disana.

"Tapi tampaknya dia selalu takut membuatmu kecewa Mione. Aku yakin Scorpius akan berprestasi di Hogwarts." ucap Harry sambil mengusap pundak Hermione, berusaha membuat sahabatnya itu tenang.

"Dan populer." timpal Ginny yang langsung disambut tawa Hermione.

"Daripada sedih bagaimana kalau kita ke Diagon Alley?" usul Lavender dengan semangat. Semangatnya itu entah mengapa langsung menular pada Lily dan Hugo yang langsung menarik-narik bagian bawah baju Ayah mereka. Mereka berdua merengek sembari menampilkan puppy eyes andalan mereka.

"Baiklah, ayo!" ujar Harry dan Ron bersamaan. Lily dan Hugo langsung sumringah mendengarnya.

Diagon Alley mengingatkan Hermione akan lamunannya beberapa saat lalu. Hermione bingung saat ini, apa ia harus mengatakan apa yang dilihatnya dan dilihat Scorpius pada sahabatnya? Bagaimana kalau mereka akan menganggap Hermione gila, atau berhalusinasi karena begitu mencintai sosok yang telah sebelas tahun ini meninggalkannya?

Be My Boyfriend (Sequel A New Wife)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang