Chapter 10

1.4K 180 7
                                    

"James!"

"Apollo?"

"Mengapa kau—"

Dengan sigap James segera berdiri dan membekap mulut Apollo dan membawanya pergi dari koridor itu.

"Apa-apaan kau ini?!" bentak Apollo tak suka pada perlakuan James padanya.

James cengengesan. "Tadi ada prefek disana. Jadi aku menyelamatkanmu."

"Tidak biasanya kau begitu." cibir Apollo.

"Maksudmu?"

"Kau memusuhiku, ingat?" tegur Apollo malas yang sepersekian detik telah membuat James Potter terkejut.

"Itu hanya perasaanmu."

"Mana mungkin hanya perasaanku jika telah bertahun-tahun ini kau tak pernah mau kuajak bicara."

Langkah kaki James terhenti dan hal itu ikut membuat Apollo melakukan hal yang sama. James menatap Apollo penuh arti, padahal tidak biasanya anak sulung pahlawan perang itu akan seserius ini.

"Kau memilih keduanya?"

Apollo mengernyit tak mengerti. "Siapa yang kau maksud?"

James menunjuk Apollo sarkas. "Dirimu. Egois."

Apollo yang mulai sedikit paham dengan ucapan James mulai meneduhkan pandangannya. "Aku tak memilih keduanya."

"Lalu siapa?"

"Kau mengamatiku selama ini James, seharusnya kau tahu persis siapa yang kupilih."

Kali ini James yang mengernyit. "Kau tahu aku mengamatimu?"

"Kau selalu seperti itu untuk menjaga gadismu—"

James menaikkan sebelah alisnya.

"—kau pengecut."

"Jaga ucapanmu itu!" bentak James tak suka.

"Jika kau juga menyukai salah satu dari keduanya, mengapa kau tak mengutarakan perasaanmu secara langsung? Itu lebih baik daripada hanya mengikutinya sepanjang waktu."

"Itu juga jauh lebih baik daripada memberi harapan pada keduanya." sarkas James lagi.

Apollo menghela nafas mendengar jawaban lelaki bersurai hitam legam itu. "Aku tak memberi harapan pada keduanya. Mengertilah."

"Tapi kau menemui mereka setiap hari."

"Kau tahu rasanya tak pernah dianggap oleh seseorang yang kau sukai?"

Manik mata James berkilat marah mendengarnya. Ucapan Apollo benar-benar membuatnya tersindir. Pada akhirnya James hanya diam menunggu Apollo melanjutkan ucapannya.

"Aku hanya ingin mewujudkan mimpi salah satu diantara keduanya."

James meninju pipi kanan Apollo dengan keras hingga membuat bibirnya mengeluarkan darah. "Brengsek!"

Apollo mengelap kasar darahnya dan mulai menitikkan air mata begitu mengetahui, bahwa ia sebrengsek itu di mata orang.

"Aku tak ingin membuat mereka sedih hanya karenaku."

Bugh! Kali ini James meninju pipi kiri Apollo. "Kau tahu itu salah!"

"Aku tahu itu. Kau pun juga salah, James."

James menjauh beberapa langkah dari Apollo. Ia menunduk lalu membersihkan ujung baju tidurnya.

Tak ada kata maaf setelah James membuat beberapa luka di wajah Apollo. Menurutnya, laki-laki brengsek itu pantas mendapatkan suatu pelajaran. Bahkan saat ini, entah mengapa tangan James masih terasa gatal. Ingin sekali lagi meninju wajah yang menjadi atensi penuh dua gadis kembar itu.

Be My Boyfriend (Sequel A New Wife)Where stories live. Discover now