Chapter 2

1.7K 240 29
                                    

"Rhe?" panggil Apollo ragu.

"Kau di dalam kan?" tanyanya lagi sembari menempelkan daun telinganya pada pintu kayu yang memiliki ukiran bertuliskan 'A. Rhea Malfoy'.

Apollo sudah paham betul dengan sikap dan kepribadian Rhea. Ia tak akan pernah menjawab pertanyaan orang lain sekalipun bibi Hermione kalau dia sedang dilanda suasana hati yang buruk.

Tanpa disuruh, Apollo segera membuka pintu kamar Rhea secara perlahan. Ia memasukkan kepalanya terlebih dahulu bermaksud melihat apa yang sedang Rhea lakukan.

Akhirnya Apollo melihat si empunya kamar sedang berdiri di depan jendela kamarnya yang besar. Tampaknya Rhea menyibak semua gorden jendelanya, membuat sinar rembulan memenuhi semua ruang di kamarnya yang tanpa penerangan.

Apollo menghampiri Rhea perlahan dan berdiri di sampingnya. Ia sengaja membiarkan suasana hening dan membiarkan cahaya rembulan menerpa wajah mereka.

Tak tahan dengan keheningan yang seperti ini, Rhea bergumam, "Kenapa?"

Apollo tersenyum dan memandang gadis yang berdiri di sampingnya, "Salah kalau aku menghampirimu?"

Rhea balas menatap Apollo sambil tersenyum pedih, "Tidak. Tapi kenapa aku? Kenapa bukan Lyra?"

"Hatiku... yang menuntunku untuk kemari." jawab Apollo dengan nada suara rendah sambil menatap manik abu Rhea. Entah kenapa saat ini matanya terasa basah. Namun Apollo berhasil mencegahnya dengan memalingkan wajahnya dari Rhea ke bulan di atas sana yang sedang bersinar dengan cantiknya.

Rhea juga melakukan hal yang sama dengan Apollo, namun bedanya, buliran bening itu sudah berhasil lolos.

Rhea tertawa hambar, "Bukankah aku selalu menjadi nomor dua? Kenapa sekarang dinomorsatukan?"

"Pada keadaan tertentu kau juga pantas dinomorsatukan, Rhe."

Rhea menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan buliran bening itu untuk tak keluar makin deras, "Bukan hanya kau, Mom, Dad, Grandpa, Grandma, dan semua orang pasti lebih menyayangi Lyra daripada aku! Aku benci dengan semua ini! Aku juga ingin dicintai, disayangi, dan dihargai seperti Lyra!"

Air mata Apollo berjatuhan tanpa terkendali karena ucapan Rhea yang begitu menyayat hatinya. Dengan segera ia mengalungkan tangannya pada pundak Rhea dan membawanya dalam pelukannya.

"Apa salah kalau aku ingin sekali saja egois? Egois karena menginginkanmu terus berada disampingku?" tanya Rhea sesenggukan.

Apollo hanya bisa memejamkan matanya. Ia tak tahu harus menjawab apa. Hati kecilnya terus mengalami kebimbangan sejak setahun terakhir ini.

Apollo juga tahu diri, ia tak mungkin memberi keduanya harapan tanpa memberi kepastian. Ia juga tahu, sakit hati itu sulit untuk disembuhkan. Ia tak ingin menyakiti keduanya, tapi bimbang memilih salah satu diantaranya.

Egois.

Ya, saat ini Apollo memang egois. Tapi salahkah bila seseorang egois untuk sekali saja?

"Aku selalu menyayangimu, Rhe." ujar Apollo sembari mengelus lembut surai pirang milik Rhea.

"Kau memang menyayangiku. Tapi, kau mencintai Lyra."

Air mata makin mengalir deras membanjiri pipi Apollo.

***

Setelah memastikan bahwa Rhea sudah sepenuhnya terlelap, Apollo beranjak dari kasur perlahan dan keluar. Ia yakin Lyra saat ini marah padanya.

Bagaimanapun juga ia harus meminta maaf. Ia tak ingin membiarkan dua saudara kembar itu sedih hanya karena dirinya.

"Lyra?" panggil Apollo begitu ia melihat Lyra akan memasuki kamarnya yang berada di samping kamar Rhea.

Be My Boyfriend (Sequel A New Wife)Where stories live. Discover now