Chapter 16

1.4K 189 35
                                    

"Mom, aku harus kembali ke Manor." ujar Hermione seraya menggunakan sepatunya dengan tergesa-gesa.

Derit papan anak tangga begitu keras terdengar ketika Hermione menginjaknya, menandakan bahwa malam ini situasinya sangat mendesak. Helena yang melihatnya berusaha menenangkan sang Putri, bagaimana pun juga akhir-akhir ini keadaan psikologis anaknya sedang tak baik.

"Jangan terburu-buru sayang. Jalanan akan licin selepas hujan."

"Akan kuinjakkan kakiku pada jalan yang tepat, Mom." jawab Hermione dengan kedua tangannya memegang surat dari Rhea dan membacanya untuk kesekian kalinya.

Seraya Helena membantu Hermione mengenakan mantel, Richard berkata, "Di Manor sudah ada Lucius dan Narcissa yang telah pulang. Aku yakin Rhea bisa sedikit menceritakannya pada mereka."

"Rhea berbeda, Dad. Dia mungkin saja akan melakukan hal diluar nalar."

"Ia bukan anak kecil lagi, sayang."

Hermione berbalik dan menghampiri Richard yang duduk di sofa ruang tengah. Digenggamnya tangan sosok pria yang begitu ia cintai itu dengan menunjukkan keteguhan hatinya yang luar biasa.

"Justru itu Dad. Di masa-masa seperti ini ia pasti memiliki masalah yang tak bisa ia selesaikan dan krisis kepercayaan pada orang lain. Sama sepertiku dulu."

Richard mendengus. "Huh, aku ini seorang Muggle sudah sepantasnya aku tak ikut campur masalah para penyihir."

Hermione tersenyum mendengar penuturan sang Ayah yang nampak tak suka ucapannya dibantah. "Meski begitu aku tetap putrimu. Selamanya akan begitu."

Hermione lalu mengecup kening Richard sebelum beralih mengecup kedua pipi Helena. Meski berat meninggalkan kedua orang tuanya lagi, bagaimana pun juga ia harus memenuhi tuntutan menjadi seorang Ibu.

Surat dari Rhea membuat Hermione begitu khawatir. Bagaimana tidak? Di surat itu tertulis bahwa Rhea ingin kabur dari Hogwarts untuk sementara waktu. Kondisinya di sana sedang tak baik apalagi perang dinginnya dengan Lyra yang tak kunjung selesai.

Rhea menulis bahwa semua orang di Hogwarts membencinya. Tak ada satu pun orang yang bisa ia percaya. Takut jika kesehatan mentalnya makin memburuk dan dapat melukai dirinya sendiri, maka Rhea memutuskan kabur dan menyuruh Hermione menunggunya di Manor.

Hermione tahu kedua gadis itu sedang perang dingin dari surat yang dikirim Scorpius padanya. Namun, tak biasanya Rhea menulis surat dengan begitu gamblang dan panjang padanya. Biasanya Rhea hanya menulis tentang keadaannya. Itu saja, tak pernah sekalipun ia menulis penyebab dari semua keadaannya selama di Hogwarts.

Aneh memang. Tetapi mungkin saja saat ini Rhea lebih terbuka padanya atau memang tak lagi kuat menanggung semua masalah yang saat ini sedang ia hadapi.

Dengan mengeratkan mantelnya agar tak kedinginan, Hermione melambai pada kedua orang tuanya yang berdiri di ambang pintu.

"Aku akan kembali mengunjungi kalian secepatnya." ujar Hermione tersenyum riang walau bibirnya hampir beku karena cuaca malam ini begitu dingin.

Tak biasanya udara dan cuaca mencekam seperti ini.

"Semoga kau tak mengingkari janjimu, Nak." jawab Richard menahan rasa perih dihatinya. Entah mengapa hatinya begitu berat melepas sang Putri berjalan sendirian di malam yang dingin seperti ini.

Padahal ia tahu bahwa Hermione kuat. Terlepas dari kemampuan sihirnya.

Hermione kuat. Jika ada sesuatu yang menghadangnya di jalan, pasti ia mampu menghadapinya. Begitulah pikir Richard seraya terus mengulang kalimat itu di otaknya. Kalimat doktrin itu terus diulangnya agar hatinya kembali tenang.

Be My Boyfriend (Sequel A New Wife)Where stories live. Discover now