Chapter 7

1.4K 208 39
                                    

Panas terik selalu diabaikan oleh pria itu demi mengumpulkan uang untuk menunjang finansialnya. Kata orang uang bukanlah segalanya, namun tanpa uang bukankah kau akan menderita? Tak bisa makan, minum, bahkan memiliki tempat tinggal.

Apalagi bila ditambah tanpa cinta dan kasih sayang keluarga. Kau tahu rasanya? Seperti kau ingin mati saat itu juga.

Tak ada harapan. Begitulah awal mula pikirannya. Namun dirinya tak ingin mati sia-sia hanya karena kehidupannya berubah seratus delapan puluh derajat. Meski hidupnya tak lagi berguna, setidaknya ia tak ingin menjadi sosok pendosa lagi.

Semakin matahari mencapai puncak tahtanya, semakin kaki pincangnya terseok-seok. Tangannya masih kuat mengangkat labu namun kakinya menginginkan melepas lelah.

Wajah dan tubuhnya mulai gencar mengeluarkan bulir-bulir air. Saat ia berhenti sejenak untuk mengusap keringat dikeningnya, seseorang menepuk pundaknya pelan.

"Hei!"

Pria itu menoleh dan terkejut mendapati siapa sosok pemilik suara lembut yang baru saja memanggilnya.

"Apa kau mengenalku?" tanya Hermione begitu melihat perubahan ekspresi dari sosok pekerja di kebun labu itu.

Pria bersurai hitam namun diselingi warna pirang itu tampak gelagapan. "Tid—tidak."

"Benarkah?" selidik Hermione. Ia takut kalau-kalau hiatusnya di dunia muggle membuatnya terlupa akan sosok yang pernah dikenalnya.

Pria itu mengangguk. "Ada apa?" tanyanya kemudian meski Hermione tahu pria itu gugup. Hey, apa sih yang salah dengan dirinya?

Hermione menunjuk labu yang diangkat pria itu. "Labu itu, sepertinya baru saja kau petik ya?"

Pria itu menyodorkan labu berwarna orange muda pada Hermione. "Ya. Aku jamin labu ini akan enak saat dimasak."

Hermione terkekeh yang justru membuat pria itu sedikit berjengit.

"Maka dari itu aku menghampirimu. Dari jauh saja labu ini terlihat begitu bersinar."

"Sepertimu..." cicit pria itu.

"Apa?"

"Tidak—Ah, ini ambil saja. Aku pergi dulu."

"Tunggu!" cegah Hermione sebelum pria itu berlalu meninggalkannya menuju kearah hamparan labu dibelakangnya.

"Siapa namamu?" tanya Hermione. Entah mengapa ia penasaran pada pria itu. Caranya berbicara mengingatkannya pada seseorang—

—seseorang yang jauh disana.

Pria itu menoleh. "Ak—aku John. Ya, Johnny Hubert."

Hermione mengangguk dan tersenyum. Senyumannya dibalas senyum lembut dari pria itu. Saat John benar-benar berbalik meninggalkannya, ia baru sadar bahwa manik abu itu jelas bukan milik sembarang orang.

***

Kini James dan Scorpius sedang duduk di pojok ruang perpustakaan. James berkata bahwa ia perlu menemui Scorpius untuk masalah ini. Masalah dimana kedua kakak kembarnya harus perang dingin hingga detik ini.

"Kau sadar bahwa Rhea mulai berubah?"

Scorpius menutup bukunya perlahan. Lalu mendengus dan menatap laki-laki yang umurnya lebih tua darinya itu dengan tajam. "Kau mengamatinya?"

James nampak terkesiap. Ia mengalihkan perhatiannya menatap lorong sepi di ujung lain tempat mereka berada. "Aku hanya merasa berbeda."

"Berbeda bagaimana?"

Be My Boyfriend (Sequel A New Wife)Where stories live. Discover now