END

1.7K 83 13
                                    

Bab 34

Hujan, entah kenapa hujan turun padahal beberapa menit yang lalu sangat cerah. Dan hujan inilah yang mengusir keramaian jalan di kota, seketika semuanya terasa senyam hanya suara rintihan hujan yang merasuki setiap telinga.

Cakra. Pria itu sendari tadi duduk di sebuah kuris di taman. Hujan sama sekali tak membuatnya meninggalkan tempatnya. Semua pakaiannya basah. Begitupun dengan matanya yang ikut basah oleh air mata.

Sejam yang lalu Cakra mengantar Aileen ke rumahnya. Dan itu tidak ada masalah, mereka sama sekali tidak bertengkar, namun setelah meninggalkan rumah Aileen, di jarak sekitar 3 kilometer, mata Aileen langsung menangkap sosok wanita paru baya yang berdiri tak jauh dari hadapannya.

Wanita dengan penampilan kusut, rambut yang entah kapan terakhir kali di sisir dengan baik, baju yang juga entah kapan di ganti dan beberapa luka memar di sekujur tubuhnya. Kaki yang berjalan tanpa alas menahan panasnya aspal di saat matahari terik. Wanita itu berjalan uring-uringan, tak peduli orang lain menabrak bahunya bahkan sampai ia terjadi. Mata terus saja menatap

Air mata Cakra menetes, kondisi wanita di hadapannya ini memang benar-benar memprihatinkan. "Bunda!" satu kata yang mampu membuat Cakra menangis sejadinya. Yah, wanita dengan penampilan kusut itu adalah bunda Cakra yang hilang entah kemana.

Penglihatan Cakra agak terganggu dengan rintihan hujan, namun ia masih sangat yakin jika wanita yag berada tak jauh dari hadapannya ini memang orang yang telah lama ia cari. Wanita yang meninggalkannya tanpa sebab atau mungkin ada hanya saja Cakra tidak tahu.

"Bunda?" satu kata yang membuat wanita paru baya itu mendongkak menatap sumbers uara yang tertangkap oleh telinganya.

"Ca..Cakra?" senyumnya langsung mengembang, tentu saja. Anak yang sangat ia rinduka kini tepat berada di hadapannya. Tanpa menunggu lagi, Adelina langsung berlari untuk memeluk Cakra.

"Cakra," Cakra memejamkan matanya merasakan pelukan seorang ibu yang telah lama ia rindukan. Hujan adalah saksi bisu kepergian Bundanya namun Hujanlah yang kembali menjadi saksi pertemuan keduanya.

Cakra menarik senyuman, ia sangat bahagia.

***

"Jangan pergi lagi, ku mohon," ucap Cakra

Adelina tersenyum tipis, "Kenapa kamu masih mau menerima Bunda? Bunda sudah meninggalkan kamu tanpa memikirkan kamu, Bunda bahkan sangat malu untuk bertemu dengan mu," kata Adelina

Cakra menggeleng, "Cakra lupa tentang kejadian itu, yang Cakra tahu hanya ketika Bunda tersenyum kepadaku ketika aku melakukan kesalahan, ketika Bunda bermain denganku,"

Lagi-lagi Adelina tersenyum melihat putranya, "Maaf." Cakra langsung menarik Adelina ke dalam pelukannya, "Jangan pergi lagi, Cakra sayang sama Bunda."

Adelina kemudian menarik nafas panjang dan menghempaskannya. "Oke, sekarang kita mulai hidup baru, tapi sebelum itu bunda mau nanya sama kamu,"

Kening Cakra mengerut, "Kamu sudah punya pacar? Atau orang yang kamu sayang dan tentunya selain bunda?" pertanyaan sensitive itu tentu membuat Cakra terheran. Bukankah terlalu dini bertanya hal seperti itu apalagi di saat pertemuan mereka.

"Astaga, bunda ini apa-apaan sih, "

" Sepertinya kamu sedang menyukai seseorang tapi belum memberitahunya, bukan?" kata Adelina, tentu saja hanya dirinya yang mamou memahami Cakra. Melihat bagaimana ekpresi Cakra saat dirinya bertanya seperti itu.

"Sepertinya Bunda lelah, sebaiknya bunda tidur saja di dalam, Cakra ada urusan," katanya.

Adelina memlih menuruti Cakra, sepertinya memang belum saatnya ia bertanya hal seperti itu. Mungkin lain kali ia akan bertanya. Dan tentu saja satu pertanyaan itu membuat Adelina tahu satu hal jika memang Cakra menyukai seseorang.

Fisika Vs Bahasa Inggris [COMPLETED]Where stories live. Discover now