Bab 9. Saling Mengenal?

4K 657 28
                                    


Selamat tahun baru, Geng! Semoga tahun ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. #Amien

.

.

.

Dilarang menyalin, menjiplak sebagian atau pun keseluruhan isi cerita dan mempublikasikannya tanpa seizin saya.

.

.

.

Bab 9. Saling Mengenal?

.

.

.

"Bagaimana?" Sam bertanya dengan cepat. Nada bicaranya tidak bisa menyembunyikan rasa penasaran yang disembunyikan dengan baik oleh wajahnya yang tanpa ekspresi. Dia memutar-mutar wiski di dalam gelasnya, lalu berdecak saat Eric tidak mengatakan apa pun dan memilih untuk melanjutkan langkah kaki menuju dapur.

Sam dan Daniel mengekori di belakang punggung Eric. Keduanya membuang muka dalam satu gerakan kompak sementara Eric mengusir sepasang pria dan wanita yang nyaris bercumbu di atas meja makan.

"Keluar!" Eric bicara penuh penekanan, hingga membuang pasangan pria dan wanita itu terkejut dibuatnya. Nada peringatan yang terselip dalam suara Eric membuat sepasang muda-mudi itu melarikan diri dengan cepat setelah memunguti pakaian bagian atas mereka yang tercecer di atas lantai dapur. Dengan ekspresi kesal Eric membuka taplak meja yang kusut lalu membuangnya ke tempat sampah. Dia mengambil sebuah lap dari lemari penyimpanan, membasahinya dengan air sebelum digunakan untuk mengelap meja makan mereka. Brengsek, jika bukan barang peninggalan orang tua mereka, Eric pasti sudah membuang meja makan itu.

Eric berbalik cepat setelah membanting lap yang dipegangnya ke dalam tempat sampah. "Jangan sampai Eve tahu masalah ini!" ucapnya, penuh penekanan. Kemarahan menari-nari di kedua mata cokelatnya. Sam dan Daniel mengangguk cepat. Mereka juga tidak mau mendapat masalah karena hal ini.

"Jadi, apa Eve mengatakan sesuatu?" tanya Sam, memutus keheningan yang sempat menggantung di dalam ruangan itu. Dari luar ruangan, suara musik masih terdengar, menghentak, mengundang orang-orang di sekitarnya untuk menari liar di atas lantai dansa. Ia menoleh singkat lewat bahunya sebelum kembali bicara, "Kenapa ekspresimu seperti itu?"

Eric tidak langsung menjawab. Dia mengusap wajah dengan kasar, lalu menyenderkan punggung ke meja makan di belakangnya. Eric melipat kedua tangannya lalu menjawab, "Dia tidak peduli."

"Apa?" Sam dan Daniel berkata, kompak. Keduanya terlihat terkejut, nyaris tidak percaya akan jawaban yang diberikan oleh Eric.

Daniel mengorek kupingnya sebelum berkata, "Sepertinya indra pendengaranku terganggu."

Eric melepas napas panjang. Dia menunduk singkat sebelum berjalan menuju lemari pendingin untuk mengeluarkan sebuah minuman dingin dari dalamnya. Otaknya yang panas nyaris meledak rasanya. "Eve mengusirku keluar dari dalam kamarnya, dan secara terang-terangan dia mengatakan tidak mau bicara denganku."

Sam terkekeh pelan. "Apa kau yakin dia Eve?" tanyanya, meragu. "Mungkin seseorang menyamar menjadi dirinya saat ini. Dalam satu gerakan yang sama Sam dan Daniel mendongakkan kepala, menatap langit-langit dapur. "Bagaimana jika itu yang terjadi?" Sam kembali bertanya, merinding ngeri. "Bagaimana jika Eve sedang disekap saat ini dan mereka mekloningnya?"

Sebuah decakan meluncur dari mulut Daniel. Dengan berani dia memukul belakang kepala Sam dengan keras. "Kau ini bicara apa?" desisnya. "Ucapanmu terdengar sangat tidak masuk akal," sambungnya, cepat. "Mekloning apa?" cecarnya. Dia menunjuk Sam dan eric secara bergantian. "Dengan jelas kakak kalian sudah tidak peduli lagi kepada kalian."

TAMAT - Lavender DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang