Bab 10. Mengejutkan?

4K 700 47
                                    

Author playlist : Izi - Emergency Room

.

.

.

Udah lama banget saya nggak update cerita eim....

Semoga updatean malam ini bisa mengobati kerinduan kalian. Amien. ^^

Happy reading!

.

.

.

Dilarang menyalin, menjiplak sebagian atau pun keseluruhan isi cerita dan mempublikasikannya tanpa seizin saya.

.

.

.

Bab 10. Mengejutkan?

.

.

.

Samuel menekuk kening dalam, kedua mata pria itu berkilat, disipitkan menatap buku-buku yang berderet rapi di dalam lemari buku. Lemari buku itu berdiri kokoh tepat di belakang kursi kerja milik Eric. Setelah Eve melepas jabatannya, ruang kerja di gedung perkantoran berlantai lima puluh itu kini ditempati oleh adik keduanya—Eric. "Aku yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh Eve." Samuel akhirnya membuka mulut, memutus keheningan panjang yang sempat menggantung di dalam ruang kerja milik kakak keduanya.

Untuk beberapa waktu Samuel seolah lupa akan maksud kedatangannya ke ruang kerja milik Eric, siang ini. Dengan ekspresi serius yang sama dia meletakkan kedua tangan di atas meja, menatap kakak keduanya dengan lekat. "Aku yakin Eve sedang mengatur siasat agar kita mematuhi perintahnya," sambungnya setelah terdiam beberapa saat.

Eric menatap singkat adik bungsunya sebelum menjawab dengan tak acuh. "Sebenarnya apa yang kauinginkan?" Ia menjeda, meletakkan berkas yang telah selesai dia periksa di sisi kanan meja. Eric membuka kacamata bacanya sebelum kembali bicara, "Eve yang perhatian atau Eve yang tak acuh?"

Samuel berpikir untuk beberapa saat. Dia tidak bisa menampik jika belakangan ini dirinya merasa sangat bebas. Tidak ada yang mengomelinya saat pulang larut malam. Tidak ada yang mengomelinya saat terlambat turun untuk sarapan pagi. Tidak ada yang menceramahinya saat dia memilih teman kencan wanita, dan tidak ada pesa-pesan singkat yang mengingatkannya untuk makan siang. Semua itu tidak ada lagi belakangan ini. Oh, hei, bukankah seharusnya dia merasa senang?

Embusan napas Samuel terdengar keras bersamaan dengan gerakannya menyandarkan punggung ke sandaran kursi. "Boleh aku memintanya bersikap biasa saja?"

Eric menyipitkan mata sebelum membuang tatapannya ke map berkas lain yang harus dia periksa siang ini juga. "Kenapa kau tidak berusaha menikmati kebebasan yang kaumiliki saat ini?"

Samuel tidak menjawab. Dia menimbang-nimbang ucapan kakak keduanya di dalam otak.

"Dan jangan melakukan sesuatu untuk menarik perhatiannya lagi!" tegas Eric sembari menunjuk adiknya dengan ujung pulpen di tangan. "Keributan apa pun yang kaulakukan tidak akan membuatnya tertarik."

"Bagaimana jika aku pura-pura menghamili wanita tidak dikenal?"

Ucapan Samuel membuat Eric mendesis. Kedua matanya menyipit cepat hingga Samuel berdeham, gentar. "Jangan macam-macam!" tegasnya. "Gosip sekecil apa pun akan berpengaruh terhadap saham perusahaan kita." Ia menyambung dengan nada penuh penekanan.

Eric terdiam sejenak untuk mengambil napas panjang. "Sam, sebaiknya kita hentikan!"

Samuel bergeming. Dari ekspresinya saja Eric sudah bisa menebak jika adi bungsunya tidak satu pendapat dengan dirinya kali ini.

TAMAT - Lavender DreamsWhere stories live. Discover now