Bab 20. Kejutan

3.5K 526 23
                                    

Disarankan sambil muter mulmed saat baca. Hahaha XD

.

.

.

Dilarang menjiplak, menyalin dan mempublikasikan karya-karya saya tanpa izin penulis.

.

.

.

Bab 20. Kejutan

.

.

.

Happy reading!

.

.

.

Entah sudah berapa kali Eve memutar kedua bola matanya karena perilaku luar biasa kedua adiknya, siang ini. Embusan napas wanita itu terdengar keras. Di sisi kanan ruangan, Sam terlihat sibuk merapikan barang-barang milik kakak perempuannya ke dalam sebuah koper berukuran sedang, sementara Eric baru saja kembali bersama seorang suster, membawa kursi roda bersamanya.

"Saya akan membantu Nona Lee turun hingga lobi," kata suster berusia empat puluh tahunan itu dengan nada ramah. Tangannya dengan cekatan menyiapkan kursi roda untuk digunakan oleh Eve.

"Tidak perlu. Saya yang akan mendorong kursinya hingga lobi," ucap Eric. Ia mengucapkan terima kasih sebelum suster itu berlalu pergi. Eve sudah diizinkan pulang siang ini setelah dirawat selama satu minggu, karena alasan itulah Eric dan Sam sibuk menyiapkan kepulangan kakak perempuannya.

"Kalian terlalu berlebihan," kata Eve saat Eric membantunya turun dari ranjang rumah sakit lalu memapahnya untuk duduk di atas kursi roda. "Aku tidak lumpuh. Aku masih sanggup berjalan sampai ke lobi," kata wanita itu, kesal. Namun, Eric bergeming. Tanpa kata adik keduanya itu melipat sebuah selimut kecil lalu diletakkannya di atas pangkuan Eve untuk menutupi kaki wanita itu.

"Sudah selesai," kata Sam, mengabaikan protesan kakak perempuannya. "Ayo kita pulang!" sambungnya dengan wajah berseri. "Bibi Kim menyiapkan makanan enak untukmu di rumah."

Eve tidak langsung menjawab. Bibi Kim pasti memasak dengan menu sehat, bukan menu yang saat ini diinginkan oleh Eve. "Aku ingin mie pedas, teeokbokki dan gimbap." Ia menjeda, memasang pose berpikir. "Hati babi dan kulitnya. Aku mau makanan itu untuk makan siang."

Eric dan Sam menatap kakaknya dengan ekspresi keruh. "Kau boleh memakan itu semua setelah sembuh," kata Sam dalam satu tarikan napas. Pria itu menggelengkan kepala, lalu menarik koper milik Eve dan membuka pintu sementara Eric mendorng kursi roda kakak perempuannya untuk keluar dari dalam kamar. Mereka menyusuri lorong panjang rumah sakit menuju lift untuk turun ke lantai satu.

"Eve, kenapa kau tidak bertanya tentang Jung Woo?" Sam tiba-tiba bicara, memutus keheningan yang sempat menggantung diantara mereka. Tidak lama pintu besi pun terbuka. Eric mendorong kursi roda kakaknya masuk terlebih dahulu disusul oleh Sam kemudian.

"Kenapa aku harus bertanya?" sahut Eve, ketus. "Aku tahu dimana dia berada sekarang."

Satu alis Sam diangkat tinggi. "Woah, jadi hubungan kalian sudah sejauh itu hingga hyung melaporkan keberadaannya kepadamu?" Sam tersenyum penuh arti saat tatapannya bertemu dengan Eric. "Diam-diam calon kakak ipar kita sudah dipilih ternyata, dan pilihanmu sangat tepat."

"Jangan asal bicara!" tegas Eve. "Aku dan Jung Woo tidak punya hubungan apa-apa."

"Yeah, katakan itu pada bokongku!" balas Sam yang langsung dihadiahi tatapan mematikan kakak perempuannya. "Tenang saja, aku akan mengawasi Jung Woo. Dia tidak akan selingkuh darimu."

TAMAT - Lavender DreamsWhere stories live. Discover now