Bab 22. Keluarga Yang Keren?

3.6K 584 35
                                    

Maaf lama menunggu! ^^

.

.

.

Dilarang menjiplak, menyalin dan mempublikasikan karya-karya saya tanpa izin penulis.

.

.

.

Bab 22. Keluarga Yang Keren?

.

.

.

Happy reading!

.

.

.

Jae Yong berjalan seperti biasa. Sesekali ia membalas senyuman beberapa gadis remaja yang tersenyum pernuh makna kepadanya. Pemuda itu membalas dengan perasaan malu. Bukan keinginannya mendapatkan perhatian begitu besar dari gadis-gadis remaja di sekitarnya. Jae Yong bahkan tidak pernah menggunakan ketampanannya untuk mengambil keuntungan dari gadis-gadis remaja itu. Namun, walau begitu dia tidak bisa melarang seseorang untuk menyukainya, kan?

Langkah pemuda itu semakin cepat setelah ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sudah jam delapan malam. Satu jam lagi ia harus bekerja. Toko tempatnya bekerja kali ini buka dua puluh empat jam, dan setiap malam Sabtu dan Minggu, Jae Yong mendapatkan shift malam karena sekolah libur pada hari Sabtu dan Minggu.

Jae Yong membenarkan tali tas punggungnya yang terasa mengganggu. Langkahnya semakin cepat. Ia bahkan tidak melihat Ji Won yang berdiri di dekat pintu ganda kaca gedung les mereka karena terburu-buru. Namun, sebuah lemparan buku yang tepat mengenai punggung pemuda itu membuat langkahnya terhenti seketika.

Beberapa gadis remaja terkesiap, menutup mulut dengan punggung tangan. Mereka mengurungkan niat membantu Jae Yong saat mengetahui otak dibalik pelemparan itu.

Jae Yong melirik lewat bahu. Satu alisnya diangkat tinggi. Tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini terlihat lima pemuda berseragam SMU Horin tengah menyeringai, menatapnya dengan tatapan mengejek. "Apa aku memiliki masalah dengan kalian?" tanyanya, bernada tenang.

Pemuda paling tinggi diantara kelompok itu berjalan, menghampiri Jae Yong dengan senyum pongah. Kebencian menyala-nyala di kedua matanya. Ia mendengkus, lalu menunjuk dada Jae Yong dengan telunjuknya. "Orang miskin sepertimu berani menantangku?"

Jae Yong mengernyit. "Menantangmu?" beonya. "Kapan aku menantangmu?" Ia balik bertanya karena memang tidak mengerti. Tubuhnya terdorong mundur saat pemuda di hadapannya mendorong dada Jae Yong, keras. Beberapa murid wanita bahkan histeris karena nyaris saja Jae Yong tersungkur di atas lantai.

Dengan cepat dua orang murid wanita berlari menuju lantai tiga dimana ruang guru berada. Di luar, malam sudah semakin larut. Jae Yong masih sempat mengecek jam tangannya. Ia mengumpat dalam hati karena yakin pasti akan terlambat masuk kerja jika masalah yang tengah dihadapinya tidak diselesaikan cepat.

"Apa kau tahu siapa aku?" tanya pemuda yang menantang Jae Yong.

Dengan polosnya Jae Yong menggelengkan kepala. Dia memang tidak mengenal pemuda di hadapannya. Mereka bahkan tidak pernah bertegur sapa. Jae Yong lebih suka menyendiri di tempat les, belajar lalu pulang atau pergi bekerja sambilan. Satu alis Jae Yong diangkat tinggi saat pemuda di hadapannya menarik kerah bajunya, tinggi.

"Aku putra dari pemilik tempat les ini," ujar pemuda itu. Rahangnya mengeras. Kulitnya yang kecokelatan terlihat berkilau di bawah sinar lampu. Tubuh pemuda itu sangat atletis, jelas butuh waktu dan perjuangan untuk mendapatkannya, pikir Jae Yong. Ah, kenapa dia malah memikirkan hal itu?

TAMAT - Lavender DreamsWhere stories live. Discover now