Bab 15. Sang Penyelamat

3.2K 564 28
                                    

Dilarang menjiplak, menyalin dan mempublikasikan karya-karya saya tanpa izin penulis.

.

.

.

Bab 15. Sang Penyelamat

.

.

.

Happy reading!

.

.

.

Ada banyak hal yang membuat Jae Yong terkesima saat melangkah masuk ke dalam ruang pesta. Gemerlap lampu gantung berwarna champagne membuatnya takjub. Lantai marmer yang diinjaknya begitu mengkilap hingga Jae Yong bisa melihat pantulan dirinya sendiri. Semua barang di dalam ruangan ini jelas yang terbaik. Si pemilik memastikan apa yang terpasang di dalam kediamannya menonjolkan kemewahan serta kekayaan sang pemilik.

Jae Yong menelan dengan susah payah. Tatapannya teralih ke gelas Kristal yang berada di atas nampan bulat yang ia bawa. Gajinya pasti tidak akan sanggup mengganti biaya kerusakan andai gelas kristal itu jatuh dan pecah. Jae Yong merinding, memikirkan hal buruk itu membuatnya berkeringat dingin. Suara alunan music mendayu, membuai indra pendengaran saat kakinya melangkah masuk ke dalam ruang dansa. Beberapa pasangan terlihat menari di atas dance floor, larut dalam alunan musik.

Dengan senyum tipis andalannya ia menawarkan wine dingin ke tamu undangan. Wajah tampan dan penampilannya segera menarik beberapa wanita muda yang secara blak-blakkan menunjukkan ketertarikannya. Jae Yong menganggukkan kepala tipis saat tamu undangan itu mengambil satu per satu gelas kristal di atas nampan sembari mengedip genit. Siapa pun tidak akan menyangka jika Jae Yong masih duduk di bangku SMA karena postur tubuhnya yang tinggi dan terlihat lebih dewasa dari usia sebenarnya.

"Jae Yong?"

Panggilan itu membuatnya menoleh. "Hyung?"

Daniel berjalan dengan gelas vodka di tangan. Ia memutar gelas kristal di tangannya sementara satu tangan berada di dalam saku celana panjang. "Kenapa kau ada di sini?"

Pertanyaan bodoh, pikir Yong. "Berpesta," sindirnya dengan ekspresi ramah, dipaksakan.

Daniel tertawa, mulutnya tertutup gelas vodka yang diangkat tinggi. "Kenapa mengambil pekerjaaan sambilan di sini?" Ia bertanya, tatapannya diedarkan ke seluruh ruangan. "Kau seperti daging kelinci segar," tambahnya membuat Yong mengernyit bingung, tidak mengerti.

"Hyung, aku harus kembali bekerja," kata Jae Yong. Ia merasa tidak enak karena waktu kerjanya dipakai untuk mengobrol. "Aku bisa dipecat." Ia berbisik kali ini.

Daniel menggoyangkan gelas miliknya sebelum berkata, "Siapa yang berani memecatmu?" Kalimat itu diucapkan dengan nada pongah. "Jika kau dipecat pun, aku akan mengganti kerugianmu lima kali lipat."

"Kalau begitu aku akan memastikan diri untuk dipecat."

Daniel tertawa renyah. Remaja di hadapannya ini sangat pintar dan menarik. Pantas seorang Lavender Lee menaruh perhatian khusus kepada Jae Yong.

"Eh, Daniel tidak biasanya kau mengobrol dengan pelayan." Seorang wanita muda berusia dua puluh lima tahunan berjalan dengan seksi ke arah keduanya. Pakaiannya yang terlalu ketat tidak bisa menutupi payudara besar yang seolah ingin keluar dari tempatnya. Sekuat tenaga Jae Yong menjaga pandangannya. Akan menjadi masalah besar jika dia dipecat karena pelecehan.

"Dia kolegaku." Daniel menjawab tanpa keraguan. "Dia tidak seperti aku yang manja. Yong mencari uang sendiri," terangnya. Dengan akrab Daniel mengalungkan tangan di leher Yong. Senyum pria itu terkembang lebar.

TAMAT - Lavender DreamsWo Geschichten leben. Entdecke jetzt