7. Sapaan gus Zainal

24.1K 1.4K 67
                                    

Nabila POV

Suasana pagi berisik seperti biasanya. Penghuni kamar 13 putri, rempong sama urusan jelang sekolah. Ada yang ribut nyari kaos kaki, ada yang baru selesai mandi, ada yang ribet bikin contekan, ada yang sudah selesai jemur pakaian, ada yang baru selesai makan, pokoknya segala urusan ada semua. Tradisi antri yang terjadi di pondok pesantren membuat para santri mencari akal memanfaatkan waktu sebaik-baiknya sambil menunggu antrian.

Aku sih nyantai, semua sudah beres kecuali urusan perutku yang belum terselesaikan. Kalau dalam urusan sarapan, trio seruntun hampir selalu kompakan bersama duo ning. Aku, Ani dan ning Fia ambil sarapan kami di dapur ndalem, sedangkan Salwa yang dibantu ning Hasna ambil krupuk, sambal, serta minuman

Kagak puasa aja?
Hehehe, kami belum bisa istiqomah puasa. Harap maklum, kami harus full energy bekal kegiatan sekolah + PPDS yang sangat padat. Kalau ning Fia dan ning Hasna lain alasannya. Katanya hafalan al-qur'an bikin gampang lapar.. Padahal aslinya mereka itu lagi 'udzur.. jadi gak puasa.

"Asiik,, megono kacang" seruku sambil membawa dua piring di tangan kanan dan kiriku.

"Yummi" ucap Ani. Abaikan kebiasaan dia yang hanya suka bawa 1 piring doang

Sambil berjalan ke kamar, kami membawa piring berlauk kesukaan kami itu. Ya kesukaan kami. Bukan berarti kami suka semua jenis megono khas pekalongan ya, kami hanya kompak suka pada megono kacang panjang, apalagi kalau buatan umi. Eh, ada lagi satu selain megono kacang, ada juga megono pepaya muda yang eemmmzz,, ladzidz..

"Emang umi udah pulang?"tanya ning Fia dengan tangan memegang dua piring. Sama sepertiku.

"Apa hubungannya megono dengan kepulangan umi?" Ani bertanya dengan begitu polosnya.

"Kalau megono seenak ini biasanya bikinan umi" ucapku yang tadi sudah icip-icip.

"Kalau megono seenak ini biasanya bikinan umi" ucapku yang tadi sudah icip-icip

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Salwa,, bisa ambilin sambel sama krupuk sekalian ga?" Pinta Ani

"Ok, bayar tapi"

"Njaluk piro? Sekilo duit?" Salwa ngajak bercanda

"Elah sekilo, sekalian aja seton"

Sesudah Salwa datang membawa teman megono di piring kami, segera deh, kami berdoa dan menyuap ke mulut, berharap semua makanan yang masuk ke mulut menjadi sumber energy untuk beribadah.

Beres bersiap, kami beramai-ramai jalan kaki ke sekolah. Jarak antara PPDS dengan SMA Bina Insan cukup dekat. Mungkin karena Sekolah kami dengan PPDS satu yayasan. Saat jalan kaki seperti sekarang tak jarang kami ngobrol tentang apa saja.

"Eh semalem pada denger gak?" Buka Salwa tiba-tiba.

"Apaan?" Tanya Ani

"Ada mba-mba yang dita'zir"

Pilihan Sang Gus [Khatam] ✔Where stories live. Discover now