26. Tawa yang Hilang

17.3K 1.2K 69
                                    

Gus Zainal POV

"Kau mencintainya Gus.."

Ucapan bib Hilmy padaku 3 bulan lalu membutku berpikir keras. Apa betul aku mencintainya tanpa aku sadari?

Kupandangi langit berbintang di langit malam PPDS. Sembari memikirkan sedikit hal tentang Nabila. Ingatanku berlari ke seminggu yang lalu. Saat Nabila menjalani ta'ziran terakhirnya.

Santri putri penghuni kamar 13 itu berubah introvert. Tepatnya sejak Anam memberi bukti nyata tentang kebusukan Dito. Biasanya dia selalu tertawa cekikikan bersama dua sahabatnya saat melintasi dapur ndalem menuju kamarnya.

Sampai seminggu lalu, pandangannya selalu tertunduk. Ia membungkukkan badan lebih dalam saat melewati ndalem. Tidak seperti dulu. Padahal kudengar banyak yang iri sama dia. Gara-gara perkara ta'ziran.

Santri putri yang lain iri terhadap ta'zirannya Nabila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Santri putri yang lain iri terhadap ta'zirannya Nabila. Mengaji ditemani umi, disediain minuman sendiri oleh umi, serta disediain camilan oleh umi. Bahkan abah pun iri, sampai sering sengaja mengajak umi pergi saat hendak menyimak ngajinya Nabila. Umi tak kehilangan akal. Saat diajak abah pergi seperti itu, umi segera menyuruh Nabila untuk hanya baca satu ayat saja lalu kembali ke kamar. Saat aku tanya kenapa alasannya, umi hanya bilang;

"Anak huffādz saja takut bacaan qur'annya disimak kamu, Zain.. apalagi dia. Dari kemarin matanya sembab terus. Umi gak mau kamu tambah bikin dia nangis. Kemarin dia sudah senyum loh" Jawaban umi sungguh konyol.

Nabila hanya tersenyum pada umi rupanya. Tidak pada yang lain. Umi berhasil mengetuk hati Nabila untuk tersenyum pada beliau. Sayangnya sampai sekarang umi belum berhasil membuatnya ceria seperti sediakala.

Kedua sahabatnya juga belum berhasil mengembalikan Nabila seperti semula. Sebab kudengar Salwa dan Ani sampai marah pada Anam yang telah membuat Nabila berubah pendiam dan murung.. Walaupun Anam sudah menjelaskan maksud baiknya perihal bongkar aib Dito, kedua sahabat Nabila tersebut masih menyalahkan Anam.

Seminggu yang lalu memang seperti itu. Sejak Nabila mengetahui fakta Dito, 3 bulan yang lalu. Mungkin bahkan sampai sekarang. Aku tak tau. Tawa renyah Nabila hilang entah kemana. Sikap berdiri tegaknya entah raib kemana. Celetukan anehnya lenyap entah kemana.

Kulangkahkan kaki menuju kamar. Sekarang aku sudah berada di kamar sedang mencari nota pemesanan plastik dan kardus. Aku mendengar pembicaraan abah dan umi. Kedua orang tuaku tersebut sedikit membahas Nabila. Aku mendengar jelas apa yang beliau berdua bahas.

"Apa gak salah Mi, bib Ahmad bilang ingin mempersunting anak itu?" Tanya abah pada umi sehari setelah ta'ziran Nabila selesai.

"Iya Bah.. dia sudah pernah ke sini, tetapi tidak menemui Nabila secara langsung. Hanya mengamati dari dapur saat Nabila ngaji. Besoknya bib Ahmad datang lagi ke sini bawa minyak pesenan umi sekalian bawa anggur, apel, mangga dan pir untuk diberikan padanya."

Pilihan Sang Gus [Khatam] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang