11. Mulut Ketemu Buntut

4.5K 600 26
                                    

Anja baru saja mulai menyalin ulang catatan yang ia tulis di papan tulis ke dalam buku tulisnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Anja baru saja mulai menyalin ulang catatan yang ia tulis di papan tulis ke dalam buku tulisnya. Buku bermerk big boss itu sudah hampir penuh, sisa beberapa lembar lagi. Beruntung ia sudah menyiapkan buku cadangan untuk ia tempelkan dengan staples bersama buku lamanya.

Karena terlalu sibuk mencatat, ia sampai tak sadar ada seorang cowok yang sudah berdiri di depannya. "Khodijah."

"Apa?" Tanpa melihat orang yang memanggilnya, Anja menyahut.

"Sibuk banget?"

"Gak lihat gue la---" Ucapan Anja terhenti ketika ia mendongak. "Kak Hadi? Sorry, Kak. Gue gak tahu kalo itu elo." Ia jadi merasa tidak enak sendiri. Padahal hanya Hadi yang memanggilnya dengan nama panjangnya, tapi ia tak begitu sadar.

Cowok berpakaian rapih itu masih tergelak. "Kenapa, Kak?" Anja meletakkan penanya lalu menutup bukunya.

"Proposal yang kemaren udah selesai?" Cowok bernama Hadi itu adalah mantan ketua paskibra SMA Kumbang. Meski saat ini Anja yang mengemban jabatan itu, Hadi masih sering memantau kegiatan adik tingkatnya.

"Udah gue titipin sama Kak Yola," jawab Anja jujur. Ia pun menjelaskan, pagi tadi sebelum masuk kelas, ia hendak menemui Hadi ke kelasnya tapi ketika di perjalanan menuju kelas Hadi, ia bertemu Yola selaku mantan wakil ketua Paskibra periode sebelum Anja, yang juga menjabat sebagai pacar Hadi saat ini. Yola menyarankan agar Anja menitipkan saja kepadanya.

"Oh di Yola, ya? Lo enggak istirahat? Bentar lagi masuk tuh. Mau ke kantin bareng?"

Tepat setelah tawaran itu terlontar dari mulut Hadi, seorang cowok datang membawa dua piring siomay. "Dia udah gue bawain siomay, Pak mantan ketua. Elo dicariin cewek elo tuh di kantin."

Hadi pun merasakan kembali getaran di ponselnya. Setelah melihat siapa yang meneleponnya, ia langsung mengangkat panggilan itu. Ada jeda sejenak sebelum ia menjawab suara dari penelepon. "Iya, ini otw." Setelah itu ia langsung menutupnya.

"Gue cabut dulu, Nja."

"Iya, Kak. Tolong diperiksa dulu ya proposalnya. Kali aja gue ada yang salah." Hadi mengangguki ucapan Anja kemudian berlalu pergi.

"Ish, elo tuh nggak sopan banget, Jak!" Sepergi Hadi, Anja langsung menyemprot Ejak.

"Nanti aja marahnya, Nja. Ayo kita makan. Gue laper." Ejak pun langsung duduk di sebelah Anja kemudian menyantap siomay itu, disusul Anja.

"Nja, lo bawa aer minum kan?"

"Bawa."

"Bagus, gue gak sempet beli." Bukannya tidak sempat membeli, tapi tangan Ejak hanya ada dua. Kedua tangan itu sudah berisi dua piring siomay, kalau ia membeli minuman mau ditaro di mana? Di ketiak? Alamat Anja bakal memarahinya.

Anja pun mengeluarkan botol minum plastik yang ada di dalam tasnya. Tanpa permisi, Ejak langsung meminumnya. "Makasih, Nja." Tentu tanpa menempelkan bibirnya. Meski bagi anak organisasi berbagi minum adalah hal biasa, tapi bagi Anja hal itu hanya boleh dilakukan dalam keadaan darurat. Dan kalau Ejak melakukan itu, sudah pasti kepalanya mendapatkan hadiah jitakan dari Anja.

SHELTER (Completed)Where stories live. Discover now