19. Katering

2.4K 391 12
                                    

Ejak menggaruk kepalanya yang tidak berkutu ketika cewek di depannya bertanya sekali lagi. "Dari Wuhan," jawab Ejak santai.

"Ke Wuhan, ngapain? Ke pasar hewan liar?" tanya cewek itu agak nyolot.

"Mudik."

"Haha lawak!" Cewek berseragam lengkap itu tertawa garing.

"Orang nggak lucu malah ketawa."

"Gue laporin lo!" Etha yang merupakan wakil ketua OSIS itu memblokir jalan Ejak yang hendak kabur.

"Minggir, Tha. Gue mau ke kelas, Anja udah nungguin gue."

"Lo bergerak, gue aduin beneran."

"Gimana ceritanya gue nggak gerak? Jadi, gue mantep aja gitu, kayak patung?" Ejak sungguh tak habis pikir dengan jalan pikiran Etha.

"Pulang bareng gue, baru lo boleh pergi."

"Lo kesambet?" Ejak memasati wajah Etha lalu menatap matanya. "Sadar, Friend."

"Jadi, lo nggak mau pulang bareng gue?" tanya Etha sekali lagi.

"Kan pulang emang bareng-bareng, Tha. Ada jadualnya. Kalo pulang duluan, bolos namanya."

Etha lantak terbahak mendengar jawaban Ejak. "Ternyata elo masih sama kayak dulu. Nggak berubah."

"Udah, ya, Tha. Gue mau menimba ilmu sampai ke negeri China." Ejak meninggalkan Etha setelah memberinya sebuah permen relaxa, permen wangi penyegar mulut.

Ejak kembali ke kelas, diketuknya pintu lalu benda persegi panjang itu terbuka dari dalam. "Selamat datang di kelas. Selamat belajar," ucap Bu Mei selaku wali kelas Ejak, menirukan gaya mbak-mbak Indoapril.

"Terimakasih, Bu Mei." Ejak meletakkan tangan kanannya di dada kemudian agak menunduk.

"Dari mana kamu?!" Suara lembut dan ramah itu berubah menjadi horor dan menakutkan.

"Toilet, Bu."

"Ngapain? Ngerokok, ya?"

"Astaghfirullahaladzim, su'udzon aja, Bu. Saya nggak ngerokok, Bu."

Bu Mei bisa menebak dari bibir Ejak, kalau anak muridnya itu memang tidak merokok. Namun, baju anak muridnya itu bau asap rokok ketika wali kelasnya itu menajamkan indra penciumannya. "Dari mana?" tanyanya sekali lagi dengan nada dingin.

"Dari toilet, Bu. Tapi, sebelum ke toilet, ke kantin dulu." Teman-teman sekelasnya sudah tidak tertegun lagi menyaksikan tanya-jawab guru dan murid itu. Sudah biasa.

"Maharaja!"

"Tapi, Ibu juga telat. Tadi saya lihat Ibu, pas saya mau ke toilet. Jadi, hitungannya sama kan, Bu? Kita sama-sama telat masuk kelas dan saya beneran ke toilet." Bu Mei tidak mau berdebat lalu kembali ke mejanya dan mengambil spidolnya. Ia memulai pelajaran dengan hati agak kesal.

Ejak duduk di samping Anja, setelahnya menopang dagu menatap cewek di sebelahnya itu. "Tumben, masuk," sindir Anja berbisik.

"Gue cuma mau nepatin janji sebagai cowok sejati, Nja. Kan gue udah nyanggupin pas elo bilang harus balik lagi ke kelas sehabis dari ruang BK."

"Cowok sejati? Sok iya banget lo." Anja refleks mengeluarkan suaranya karena terpancing.

"Kalo mau ngobrol, di cafe aja," tegur Bu Mei masih mencatat materi di depan kelas. Anja langsung terdiam sementara Ejak menertawakannya tanpa suara.

Ejak menulis pesan lewat secarik kertas. Ia mengganggu Anja yang fokus menyalin catatan Bu Mei yang ditulis di depan kelas.

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।
SHELTER (Completed)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें