Hari Pertama

306 12 0
                                    

Kita tidak pernah tahu dari mulut siapa doa-doa kita cepat sampai pada-Nya 

- Tania -
****

Layar tivi 2 inci mulai menyala, Sebuah film terlihat akan segera diputar. Beberapa santri putri mulai memenuhi teras yang biasa di gunakan sebagai panggung jika ada event-event pesantren. Khusus di hari libur teras ini menjadi ruang menonton TV. Mereka memang diperbolehkan menonton TV setiap hari minggu dan itupun dibatasi hingga pukul tiga sore. Tepatnya setelah pagi ini seluruh santri bekerja bakti membersihkan lingkungan pesantren mulai dari gedung asrama, kamar mandi, lapangan, masjid, tempat pengambilan nasi, gedung sekolah hingga gedung serba guna. Yang telah dibagi-bagi tugasnya oleh pengurus bagian kebersihan.

Untuk santri putri yang minggu ini itu tak dijenguk oleh keluarganya dan berasal dari luar jawa menjadi hiburan tersendiri melewati libur pekan dengan menonton film-film dari DVD. Terlihat diantara mereka beberapa santri kelas akhir yang biasa dipanggil muallimah, yang ikut nimbrung.

Salah satunya Hanna yang baru saja duduk di dekat Shaima, gadis berhijab lebar. Berhubung Hanna adalah santri yang berasal dari luar jawa, yakni santri asal Jogja maka jarang sekali ia dijenguk oleh kedua orang tuanya bahkan tak pernah sama sekali. Tak seperti Firka, Vely, Lala dan kawan-kawan yang lain yang hari ini di jenguk oleh keluarganya masing-masing. Sebenarnya dulu ia pun sering di jenguk tiap sebulan sekali seperti ini, karena ia memang besar di Jakarta, keluarganya asli perantau, namun sejak dua tahun yang lalu, ia dan keluarga harus kembali ke kampung halaman dikarenakan ayahnya harus menggantikan kakeknya yang telah meninggal dunia untuk merintis perkebunan keluarga. Jadilah selama dua tahun ini ia tak pernah bertemu keluarganya, bahkan belum sempat menginjakkan tanah kelahiran kedua orang tuanya sejak perpindahan itu. maka tak salah jika ia tak begitu mampu berbahasa Jambi. Hanna terlihat sangat menikmati suasana-suanana seperti ini. Walau terkadang ada kesedihan tersendiri jika mengingat kerinduannya pada keluarga, seperti halnya santri lain yang juga dari daerah yang jauh.

" Haii," tiba-tiba sosok mungil penuh keceriaan ikut nimbrung bersama mereka.

"Ey Shof, anti la mudifah?" tanya Hanna menoleh pada sosok yang baru saja duduk di sebelah Shaima yang sedang sibuk mengupas mangga. Sedang yang ditanya hanya geleng kepala.

"Ayyu fiylm?" kini Ia yang balik bertanya.

"Katanya sih, Lord of the Ring, tapi CDnya rusak dari tadi macet-macet gitu."

Tampak seorang sibuk mengotak-atik DVD playernya. TV 2 inci itupun mulai menyala lagi dan muncul sebuah trademark film. para penonton mulai hening. Seiring berputarnya film Shaima menawarkan mangga yang telah ia kupas dan potong. Ketiga muallimah itupun mencicipi dan menikmatnya sambil menonton film yang baru mulai. Sebuah film yang berjudul "Hafalan Sholat Delisa", berhubung kaset Lord of the Ring rusak maka diganti dengan film itu. Salah satu film yang amat disukai Shofia, sudah lima kali ia menonton tapi tak pernah bosan, ia memang penikmat film bergenre islami, ia juga menyukai film yang bertemakan petualangan seperti film journey to the center of the earth. Menurutnya setiap film itu memiliki keunikannya masing-masing, tentunya mengandung pelajaran, kelebihan dan kekurangnnya masing-masing. Agar mampu menyedot simpatik para penonton, maka pembuat Filmpun harus bisa membuat kesan bagi para penontonnya agar film yang dirilis tetap dikenang dan diambil segala manfaatnya. Itu adalah salah satu harapan besarnya. Filmnya, dikenang dan bermanfaat.

Entah mengapa ia selalu berandai-andai menjadi seorang sutradara yang mampu membuat film islami yang menginspirasi. Apalagi saat ini film-film islami mulai berkembang pesat dengan hadirnya film yang diadaptasi dari beberapa novel islami. Harapannya lagi film yang akan digarap nanti berhasil maksimal layaknya film yang tengah ditonton walau mungkin tak sebanding bagusnya.

Mimpi di Balik Layar (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang