Panggilan Sidang

250 11 1
                                    

  karena ujian kecil ini adalah bukti cinta Allah SWT 

- Shofia - 

***

Tak diduga isu mengenai permasalahan antara Shofia dan Farid telah terdengar ke sebagian kalangan santri kelas akhir. Entah siapa yang menjadi provokator. Santri putri maupun putra kelas akhir hampir sebagian membicarakannya. Sedang Shofia semakin gondok hatinya mendengar kabar ini. Apalagi beberapa orang menanyakan tentang masalahnya. Baru saja suasana hatinya redam dan membaik, tapi kini kembali panas. Ia pun menenangkan pikirannya, beranjak menuju wartel pesantren yang terletak di dekat asrama. Seharusnya Sabtu ini Ia dijenguk oleh ayah dan ibunya. Namun mereka tak kunjung datang. Saat tiba di wartel ternyata telah penuh dengan beberapa santri putri yang ingin menelpon juga. Akhirnya ia mengurungkan niatnya. Tiba-tiba ia bertemu Hanna yang sedari tadi mencarinya.

"Ya Allah ana cari-cari dari tadi. Anti kemana aja? Anti ingatkan, Shof, sekarang kita shooting?" todong Hanna dengan beberapa pertanyaan, dijawab dengan anggukan.

"Kenapa?"

"Kamu tau kan orang-orang sedang membicarakan apa?"

Mendengarnya gadis berlesung pipit ini menghela nafas.

"Iya ana tau. Udahlah nggak usah dipikirin nanti juga bakal diem. Anti tau kan gimana adat teman-teman kita? Kalau kamu ladenin itu bakal bikin kamu tambah gedek," Shofia Hanya menghela nafas.

"Shof, udahlah kan masih ada ana. Lebih baik sekarang kita persiapkan untuk shooting hari ini yah. udah mau jam dua. Nanti keburu ashar deh."

Shofia lagi-lagi hanya mengangguk. Terlihat kini mereka telah berdamai.

Shooting hari ini, Shofia mulai tak bersikap dingin dan emosian, walau ia lebih banyak diam, namun lebih baik dari kemarin-kemarin. Tampak Ustadzah Arina menyambut kedatangan para crew sinematografi dan tiga orang pemain, yakni Lissy, Shaima dan Disa. Ya, untuk Shooting kali ini lokasinya di rumah ustadzah Arina. Mereka hanya menggunakan salah satu kamar di lantai dua, tangga, juga ruang tamu. Untungnya ustadzah Arina ini wali kelas mereka, di kelas 6 IPA 1, jadi izin pengunaan rumahnya tak begitu sulit dan untungnya juga hari itu Ustadz Hamzah tidak sedang di rumah, beliau setiap Sabtu dan Minggu kuliah S2 di sebuah universitas ternama di Jakarta.

Hanna mulai mengarahkan Lissy saat mereka berada di salah satu kamar yang dipinjam Ustadzah Arina di lantai dua itu, Lissy tampak tak bersemangat hari ini. setiap ditanya Ia hanya menyahut ya saja.

"Lis, kamu baik-baik aja?"

"Euhh, ya, baik."

"Etdah, La bisa nggak sih kamu nggak narsis gitu gak malu apa ini dimana!" celotehan si gadis tomboy membuat Hanna melihat tingkah sahabatnya yang bergaya di depan jendela, sedang Firka yang memotretnya, begitupula Shofia yang menoleh kepadanya saat berbincang dengan dua pemain lainnya di luar kamar.

"Sssttt... Fida, Syirik aja!"

Yang lain hanya tertawa melihat tingkahnya.

Tak berapa lama, Shooting dimulai dengan adegan Lissy terduduk diatas Kasur, melihat dirinya di kaca lemari, ada guratan kesedihan di balik matanya. Memikirkan bahwa hari ini Icha tenggelam dalam duka, mengingat kakaknya akan kembali mengikuti kompetisi MTQ sejabodetabek untuk kesekian kalinya, sedang Ia tak mampu untuk sekedar hadir memenuhi undangan itu, hatinya sakit jika Ia harus hadir dan mendapatkan hal yang amat menyakitkan, Ia tak bisa mendengar kemerduan suara kakaknya.

Pada Adegan ini, Shofia merasa kesedihan Lissy begitu dihayati daripada sebelum-sebelumnya. Seperti perasaan yang dialaminya beberapa hari ini. Sedikitnya kini Ia terhibur dengan adegan Lissy yang mulai membaik, mengalihkan sakit hatinya karena masalah kemarin dengan laki-laki bermata elang.

Mimpi di Balik Layar (Complete)Where stories live. Discover now