Hukuman Terindah

265 11 2
                                    

  Ketika melaksanakannya dengan Ikhlas dan bahagia, hukuman sebanyak apapun akan terasa menyenangkan

- Shofia -
***

Usai mengikuti bimbel Biologi Shofia tak langsung kembali ke asrama melainkan untuk memenuhi salah satu hukumannya yakni meminta tanda tangan asatidz dan asatidzah yang tertera namanya di Map Merah, hari ini ia ditemani Hanna. Sampai di salah satu kamar ustadz yang berdekatan dengan gedung asrama santri putra, Shofia mencoba mengetuk pintu yang tertutup dihadapannya. Untungnya tadi bertemu dengan Ustadzah Najla, salah satu pembimbing bagian keamanan untuk izin ke kamar ustadz.

"Assalamualakum," ucap Hanna yang menemani Shofia untuk meminta tanda tangan pemilik kamar ini yang tak lain Ustadz Habibullah.

Seketika pintu terbuka. Tampak seorang ustadz berwajah oriental dengan janggut tipis yang menghiasi wajahnya keluar dari kamar itu. dengan wajah yang terlihat segar ia mejawab salam.

"Wa'alaikum salam warohmatullahi wabarokatuh, ada apa ya?" tanya sang ustadz mengeryitkan alisnya.

Shofia pun menjelaskan maksud kedatangannya. Sang ustadz hanya manggut-manggut, lalu melihat –lihat isi map yang Shofia tunjukkan padanya. Serentetan pertanyaan ia dapatkan dari sang ustadz muda ini. Mau tak mau Shofia mejelaskan segala pokok yang telah menjerumuskannya mendapatkan Map Merah yang terlihat angker itu.

Ustadz Habibullah, yang biasa disebut ustadz Habib ini menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia belum sama sekali mengisi tanda tangan disalah satu kolom kertas lembaran kedua pada map itu.

Hanna hanya tertegun memperhatikan, Ia tak banyak bicara yang Ia perhatikan sedari tadi ialah sang Ustadz yang sedang berdalih menceramahi Shofia dengan serentetan nasehat. Ada perasaan aneh yang menghujani hatinya demi mendengar, melihat sang ustadz yang satu ini. perhatian Hanna tercuri seketika.

Sepertinya ia telah sejak lama mengagumi sang Ustadz yang terlihat ramah, cerdas dan berwibawa di matanya. Tak pernah sedemikian rupa ia merasakan hal yang aneh seperti ini. sesuatu yang mengganggunya setiap kali ia bertemu atau mendengar nama Ustadz ini. ya robb mengapa perasaan ini selalu hadir setiap melihatinya, astagfirullah. Batinnya. Lalu ia segera menepisnya.

Tak mudah Shofia mendapat satu tanda tangan sang ustadz. Setelah lama Shofia dan Hanna mendengar nasehat-nasehatnya, ternyata Shofia harus memenuhi persyaratan yang dibuat sang Ustadz, jika Shofia ingin segera mendapatkan tanda tangannya Ia harus melaksanakan 2 hukuman. Yaitu satu menuliskan syahadat pada tiga lembar kertas folio, lalu menyetor hafalan surat al-mulk.

Cukup sulit namun berhubung Shofia memang telah menghafal Al-Mulknya saat ia ditugasi menghafal surat tersebut untuk menghadapi ujian Imamah, ia hanya mengulang saja. Segera ia menyetornya saat itu juga. Namun tanda tangan belum ia dapatkan hari itu karena satu persyaratan lain belum dapat Shofia penuhi. Shofia pun berjanji akan kembali besok untuk menyerahkan tulisannya dan memenuhi janji sang ustadz untuk mentanda tanganinya. Selain, ustadz Habibullah, ia pun mendatangi kamar ustadz Rifqon dan Ustadz Fahmi yang tanpa basa-basi memberikan langsung tanda tangannya. Satu kalimat yang diingatnya dari bibir Ustadz Fahmi.

"Saya nggak mau lagi ngeliat kamu datang ke kamar saya untuk meminta tanda tangan seperti ini lagi," cerocosnya lembut. Membuat shofia dan Hanna tertawa, Shofiapun hanya mengangguk tersenyum.

"Siap ustadz."

Shofia terlihat lega mapnya telah sebagian Ustadz dan Ustadzah menanda tangani surat pernyataannya itu. dan ia tetap semangat untuk segera menuntaskan dan mengakhiri masa hukumannya secepatnya dan satu momen yang menegangkan akan dihadapinya nanti. Momen yang kerap menghantuinya. Ia harus benar-benar memiliki nyali yang amat kuat untuk menghadapinya. Ikror. Gumamnya.

Mimpi di Balik Layar (Complete)Where stories live. Discover now