Hujan Hari ini

199 11 0
                                    

  Tapi baik buruknya seseorang bukan dilihat dari wajahnya kan? 

- Shofia-

***

Di sebuah tempat yang amat ia kenal dan sudah lama ia tinggalkan dengan seutas senyum. Suasananya masih sama dengan keriuhan mobil-mobil yang hilir mudik berselewengan. Langkahnya menari-nari bersama terpaan angin yang menghembus dedauan mengarungi gang-gang kecil. Tiba langkahnya terhenti dibalik pagar besi yang tampak sudah karatan. Matanya sedikit mengintip kearah sebuah rumah yang lenggang. Tatapannya tertuju pada seorang wanita paruh baya sibuk dengan pekerjaannya menjemur pakaian ditemani seorang anak kecil berumur sekitar 7 tahun.

Seketika hatinya miris melihat wajah tirus nan pucat dengan keringat yang mendera karena sengitan terik matahari ditengah wanita itu menjemur pakaian, yang tiba-tiba meluluhlantakan perasaannya. Kata hatinya bergeming, ia tak mungkin datang dengan keadaan seperti itu. Shofia benar-benar tak tega. ia yakin ini akan melukai hati wanita itu. Matanya berkaca-kaca, dengup jantungnya kian tak beraturan. Bagai disengat lebah hatinya demi menyaksikan wanita tercintanya. Ia tak ingin Ibunya tahu bahwa ia sedang kabur, bahkan tahu kalau ia mendapatkan map merah. Sungguh ia tak ingin membuat wanita itu sedih. Harusnya ia pikirkan itu sebelum berniat pergi dari pesantren. Derai tangis hatinya kembali hadir terbalut oleh rasa bersalah. Sakit hatinya tak terperi. Akhirnya ia memutuskan untuk beranjak pergi.

Semakin terdengar deruan langkah kasarnya diiringi deruan kendaraan yang berlalu lalang dihadapannya membuat debu-debu kian berterbangan di terpa angin siang ini. Dengan menghela nafas ia berjalan menelusuri tepian jalan raya. Entah kemana tujuannya, kakinya terus melangkah melintasi tikungan jalan. Kedua tangannya mendekap dibalik saku jaketnya. Entah lah kemana pikirannya berkelana yang pasti kini perasaannya bercampur aduk. Tak pernah ia berfikir jalan hidupnya akan serumit ini. Tak tau mesti kemana menghentikan langkahnya.

Di sebuah warung kopi ia menepi. Duduk disebuah bale-bale. Terlihat beberapa bapak-bapak telah lama duduk disana dengan beberapa gelas kopi dan kulit kacang berserakan. Shofia hanya duduk di pinggiran bale-bale tersebut. Merenungi kemana ia akan pergi. Tak terpikir untuk kembali ke pesantren, mengingat pula uang sakunya menipis. Sekejap ia mendapatkan ide. Bergegas ia mengambil langkah pergi dengan tergesa-gesa. Tujuannya kini rumah teman SDnya, Rani. Rumahnya lumayan jauh, harus menempuh jarak berkilo-kilo meter, jika dari rumahnya ia harus naik angkot. Namun kini ia harus rela menempuhnya dengan berjalan kaki.

Tak sedikitpun Shofia menghentikan mobil angkutan yang melewatinya, walau deretan keringat membanjiri tubuhnya, bahkan tungkai kakinya terlihat lemas. Ia ingat belum sama sekali mencicipi bubur yang diberikan Lala tadi pagi. Namun tampaknya ia terus melangkah dengan sekuat tenaga yang dimiliki. Kerongkongannya pun terasa perih. Sesekali ia menepi demi mereda rasa lelah. Lalu melangkah lagi.

Hari semakin beranjak. Cuaca pun berubah. Kini awan-awan mulai berubah abu-abu. Namun ia belum sampai pada tujuannya padahal ia telah melangkah 2 kilo meter. Setitik demi setitik air dari langit menetes menerpa wajahnya. Shofia pun mempercepat langkahnya.

"ya Allah, ya robby, maha pengasih lagi maha penyayang hamba mohon jangan turunkan hujan untuk kali ini." Doannya dalam langkah cepatnya. Shofia sedikit berlari.

Tiba-tiba rintik-rintik itu semakin menyerbunya dan air hujanpun tumpah seketika. Pakaian dan tasnya basah kuyup, namun ia kelihatan tak memedulikannya. Shofia tetap meneruskan perjalanannya. Suara petir kian terdengar. Kedua tangannya mendekap tubuhnya erat. Air matanya tumpah ruah menyatu dengan air hujan yang membasahi wajahnya. Air itu seperti menghapus kesedihannya. Ia teringat pada kata-kata Hanna. Biarkan hujan melenyapkan kesedihanmu. Ahh, ia jadi rindu sahabat-sahabatnya.

Hujan semakin deras menerpa, kabut-kabut putih menghalangi jalan. Dengan sekuat tenaga Shofia menerjang beribu tetesan air yang menyerangnya. Tiba-tiba sebuah motor melaju kencang tepat dari arah belakang. Motor itu seperti tak terkendali hingga menyerempet dan membuat ia terjerembab ke sebuah genengan air di pinggir jalan. Seketika bajunya terlumuri tanah yang basah dibarengi cipratan air dari motor yang melaju kencang tanpa menyadari seseorang itu hampir mencelakakan dirinya.

Sekuat tenaga ia berteriak, namun motor itu tak berhenti hingga hilang ditikungan jalan. Teriakannya hanya seperti gaungan. Tangisnya semakin membuncah dengan iringan air yang berseteru turun dari langit. Tiba-tiba sebuah motor berhenti di depannya. Seseorang itu turun dari motornya lalu membantu Shofia bangkit. Dengan balutan jas hujan, ia tak mengenalinya, namun ia tau seseorang itu berupa laki-laki. ia memapah Shofia ke sebuah warung. Disana ada sebuah tempat berteduh. pemuda itu mendudukinya disalah satu bangku.

"Kamu nggak apa-apa?" tanyanya membungkukkan badannya lalu menampakkan wajahnya kehadapan Shofia yang masih meringis memegangi kakinya yang sempat terkilir. Ia menatap paras pemuda putih beralis tebal itu, kemudian ia menggeleng.

"Kaki kamu sakit?" tanya pemuda itu lagi, Shofia hanya mengangguk. "Rumah kamu dimana? Biar saya antar ya?" yang ditanya kembali menggelengkan kepala. Pemuda itu tampak heran.

"Sebenarnya kamu mau kemana? Mau saya antar ke rumah sakit?" lagi-lagi Shofia menggeleng dan menahan dingin.

"Yaudah kita tunggu hujan reda ya," cetus pemuda itu seketika ia melangkah menerjang hujan, lalu memapah motornya dekat dengan tempat mereka berteduh.

Jantungnya berdengup kencang hanya berdua dengan laki-laki asing ini yang ntah siapa namanya, membuat Shofia sedikit khawatir. Paras tampannya seperti bukan seorang penjahat. Tapi baik buruknya seseorang bukan dilihat dari wajahnya kan? buktinya Farid, sosok baik di mata shofia yang banyak dikagumi beberapa temannya bahkan adik-adik kelasnya, yang sempat pernah singgah pula dihati Shofia mampu menyakitinya. Semoga dia orang baik-baik. Lirih Shofia. 

-----------------------
Dear Readers, 

Allahumma Shoiban naafian, akhir-akhir ini hujan yaaa... semoga makin semangat buat menuntut ilmu, kerja dsb hihi ikutin terus kelanjutannya ya 

Mimpi di Balik Layar (Complete)Where stories live. Discover now