Amanah yang Harus Dituntaskan

244 12 0
                                    

Menerima amanah memang mudah tapi untuk menjalankannya tidak semudah yang dibayangkan

- Hanna -

Tak terasa hari demi hari kian beranjak cepat. Ujian Nasional dilewati penuh dengan ketegangan, setiap hari dimanapun membawa buku persiapan UN dan kisi-kisi, keringat dingin menghiasi dahi-dahi para siswa kelas 12 Pesantren modern Shiraatal Mustaqiim saat mengerjakan soal demi soal pada lembar UN tak terkecuali Shofia dan rekan-rekannya. Nafas mereka belum lega usai mengikuti ujian nasional masih ada ujian yang diadakan secara marathon, yakni ujian sekolah dan ujian pondok yang berlangsung selama 2 minggu, sekali lagi mereka berpacu dengan waktu siang malam digunakan untuk belajar entah di kamar mandi, di kantin, di kamar, sambil makan, sambil antri bahkan diatas pohon sekalipun, tak lupa memperbanyak doa. Berharap Allah memudahkan ujian demi ujian yang dijalani.  Ujian sekolah sendiri terdiri dari mata pelajaran selain yang di UN-kan. Sedang ujian pondok ialah ujian dari pelajaran-pelajaran pondok seperti Nahwu, Shorof, Hadist, muthalaah dan sbg, ada yang ujian tulis, yang tidak ada satupun pilihan ganda melainkan essay dan ujian lisan yang diujikan langsung oleh ustadz atau ustadzah. 

Kyai Hussein juga berpesan pada santri akhir untuk jangan bergadang dan tetap jaga kesehatan agar tetap melaksanakan ujian dengan sehat dan tenang, karna kadang terus menerus belajar sampai lupa istirahat akan berakibat tubuh cepat drop, ada beberapa santri sampai jatuh sakit hingga di opname karena terlalu memaksakan diri bergadang setiap malam bahkan ada yang sampai kesurupan. Al hasil ustadz turun tangan untuk meruqyahnya. selain jaga kesehatan santri terutama santri putri untuk tidak stress berlebihan. Belajar semampunya dan pasrahkan pada Allah SWT. 

Kini Shofia dan teman-teman angkatannya sedikit bernafas lega dan merayakan atas usainya perjuangan menghadapi ujian-ujian akhir sekolah itu, meski belum tau akan lulus atau tidak, harapannya lulus semua. Hari ini mereka mempersiapkan agenda yang sudah ditunggu-tunggu sejak menjadi kelas akhir yaitU Rihlah, acara wisata rohani ke 9 walisongo dan para wali Allah di beberapa kota di pulau jawa diakhiri dengan liburan di kota Jogja. Tampak di sore ini Shofia sedang asik bersenda gurau dengan Lala tentang rencana keberangkatan Rihlah yang akan dilaksanakan lusa, di beranda kamar.

Sedang di tempat yang berbeda, disebuah kamar yang beberapa penghuninya sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Tampak Hanna sedang merapikan lemarinya dengan suasana bahagia. Dimana rasa bahagianya mencuat karena sebentar lagi ia akan lulus dan ia akan cepat pulang ke kampung halamannya yang sudah begitu lama ia rindukan, rindunya begitu luas kepada ayah dan ibunya begitu pula kepada adik dan neneknya.

Seketika matanya berkaca-kaca demi melihat foto yang sedari tadi digenggamnya. Foto kedua orang tuannya dan adiknya yang masih berumur 10 tahun itu. kerinduannya tak terbendungkan lagi.

"Ya Allah semoga Bapak dan Mamak selalu sehat dan dalam lindunganmu. Semoga mereka bisa datang kesini melihat aku diwisuda. Amiin." Doanya. Hanna pun segera menghapus embun yang hampir runtuh mengaliri pipi. Kini ia terlihat begitu kuat untuk menahan kerinduan yang selalu merasuk dalam kalbu.

Segera ia bereskan kembali beberapa foto itu ke dalam kotak kecil berwarna hijau, lalu menaruhnya dilemari bagian atas. Tiba-tiba ia menemukan secarik kertas yang telah lama tak tersentuh di balik buku-buku yang ia geser untuk menaruh kotak kecil hijau itu.

Hanna pun teringat bahwa Ia telah lama menyembunyikan surat itu dari Shofia. Surat yang dititipkan oleh seseorang yang sempat menyakiti hati sahabatnya itu. Hanna tertegun. Akankah ini saat yang tepat ia memberikan surat ini? seketika Hanna menghela nafas. Teringat kembali bagaimana Ia terpaksa menerima surat yang dititipkan Farid padanya.

"Ane mohon kasih surat ini ke Shofia, dia harus tahu kejelasan yang sebenarnya." Kata-kata pada pertemuan yang tak sengaja di beranda masjid saat ia menuju kantor guru dulu yang terngiang kini.

Mimpi di Balik Layar (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang