Graduation's Suprise

397 15 0
                                    

Unzhur maa qoola wala tanzhur man qoola, lihat apa yang dikatakan jangan melihat siapa yang berbicara.

-Farid-
***

Di malam yang semakin pekat itu, Lima orang gadis berdiri di ambang penyangga masjid lantai dua di tengah semilir angin yang menari-nari. Menatap langit yang sama, melihat benda langit yang sama. Rembulan yang begitu terang dengan bintang-bintang yang centil berkedi-kedip manja. Sebentar lagi Shofia tak akan merasakan langit yang sama di tempat yang sama seperti ini.

Belum ada yang bersuara. Masing-masih masih menikmati kesejukkan malam terakhir ini menjadi seorang santri putri pondok pesantren modern Shiraathal Mustaqiim.

"Nggak kerasa yah. Kita telah sampai dipenghujung perjuangan kita di sini. Di jenjang SMA," yang lain hanya mengangguk senyum mendengar kata-kata sang sutradara.

"Tapi ini bukan akhir dari kita mengukir sejarah."

"Iya masih banyak atuh jalan yang mesti kita lewatin. Yaitu kehidupan baru yang penuh dengan tantangan baru." lanjut Firka

"Oiya by the way. Kalian mau ngelanjutin kemana? Apa mau ambil kuliah jurusan kesinematografian?"

"Kalau aku sih enteu Fid, biayanya teh mahal. Ortu nggak setuju kayaknya. Aku mau ambil sastra inggris aja."

"Duhh sang pujanggeee. Setuju deh ame Firka. Aye juga mau ambil bisnis-bisnis gitu daaah."

"Bukannya kamu mau ikut audisi Indonesian idol ye Laa..."

"Ah tau aja deh Fid. Oya kakakmu pan sineman tuh di potograpi gitu. Cocok tuh kalau kamu jadi di sinematograpfi. Sama-sama di satu industri."

"Beda kali itu mah Lala. Lagian gue mau ngambil jurusan hukum kali."

"Huh kalian ini ayoo dong. Masa nggak ada yang mau nerusin di sinematografi?"

"Yaudah kamu aja atuh Shof. Kamu teh berbakat."

"Yaa tapi aku juga belum tau sih. Sinematografi disini kan masih jauh berbeda dengan diluar sana. "

"Tapi aku yakin kamu bisa mengimbanginya, Shoff."

"Yaudah kalau gitu sama kamu juga yaaa Han."

"Emmm aku belum tau. Aku kan jauh."

"Ya tapi kan kamu bisa kuliah di Jakarta."

"Belum terfikir mengenai hal itu, yang aku harapkan sekarang adalah bertemu dengan kedua orang tuaku."

"Yaudahlah lagian wisuda juga beloman. Yang penting sekarang kita buat ortu kita bangga dulu lah. Dan besok ... kita di wisuda rasanye tuh seperti mimpi," cetus Lala.

Yang lain hanya berdecak senyum menikmati malam yang semakin beranjak.

Teringat kemarin usai balik rihlah mendapat surat yang diberikan satu persatu oleh kepala sekolah Aliyah. Para santri kelas akhir membukanya sendiri-sendiri demi melihat hasil ujian nasional, jantung serasa berdebar 5 kali lipat demi melihat kata-kata lulus atau tidak dan teriakan takbir menggema seantero kelas membaca surat tanda kelulusan, yang mana tanda tidak lulus tercoret, alhamdulillah wa syukurillah. Kebahagian terpancar, semua saling berpelukan dan bersujud demi mensyukuri atas kebahagiaan ini. Dan besok adah hari yang sempurna atas kebahagiaan ini.

Karena tidak diperbolehkan untuk corat coret baju sebagai perayaan kelulusan seperti dilakukan sekolah-sekolah pada umumnya   maka mereka saling meminta tanda tangan di buku kisi-kisi UN sebagai perayaannya hihi. Meski ada juga yang masih nakal coret-coret baju atau tanda tangan di baju sekolah secara diam-diam.

Mimpi di Balik Layar (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang