Nyanyian Hati

225 11 0
                                    

  Air mata kamu menginsyaratkan bukan cuma menghayati lagu tapi juga mewakili perasaanmu saat ini  

- Lala -
***

Langit berubah gelap, awan pun kian tidak terlihat. Kini cahaya-cahaya lampu yang menjadi penerang dalam kegelapan malam. Sebagian santri masih sibuk belajar dikelas masing-masing mengikuti pengajian kitab kuning. Terlihat beberapa Asatidz sedang mengajarkan materi pada malam itu. Tak berbeda jauh di kelas para santri akhir. Tidak diragukan lagi beberapa dari mereka ada yang menyimak dengan serius penjelasan dari ustadz atau ustadzah, namun ada beberapa yang terkantuk-kantuk mendengarkan.

Di kelas 6 IPA 1 yang mengajar yakni ustadz Hamzah menantu dari pak Kyai, salah satu ustadz yang amat dikagumi para santri karena Ia begitu terlihat berwibawa dan memiliki humor yang tinggi. Penjelasannya pun dimengerti oleh para muridnya, karena beliau mengajar begitu santai dan tidak ribet. Ditengah penjelasan ustadz Hamzah mengenai pelajaran Imrithi dan celotehan khasnya yang membuat para muridnya tertawa, Shofia hanya termenung. Diapun tidak menyimak penjelasan ustadz Hamzah pada malam ini seperti biasanya. Pikirannya entah melayang kemana.

Sejak pelajaran dimulai hingga ustadz Hamzah pamit gadis mungil bermata coklat ini masih membisu. Seperti kemarin-kemarin. Hanna tak tega melihat sahabatnya yang terlihat murung. Padahal mereka duduk berdampingan, namun tak ada perbincangan yang mengalir diantara mereka seperti biasanya. tiba-tiba saja Lala datang menghampiri gadis yang sedang membisu itu usai bel tanda akhir pengajian.

"Shofia!" panggil gadis yang suka berpantun ria ini membuyarkan lamunannya. Sedang yang dipanggil hanya menoleh sebentar.

"Kenapa sih kamu kok murung mulu, aneh tau gak sih, cerita dong kenapa?" lagi-lagi hanya diam, sikapnya masih dingin.

"Kalau kamu begini terus kapan suksesnya misi kita? Aku udah mutusin buat nggak ikut nasyid Shof, masa impian kita jadi berantakan juga?"

Shofia kembali membisu.

"Hemm, oya Shof, Aku udah selesai loh bikin lagunya, tinggal bikin aransemen trus rekaman deh. Kamu tau kan kita udah rencanain mengenai ini jauh-jauh hari ke ustadz Alim. Kita temuin beliau yuk."

"Kamu aja sama Hanna dih!"

"Ih kamu kenapa sih? Kok jadi kaga peduli beginih?"

"Kenapa sih harus aku melulu La? Aku capek!"

"Jadi gitu? Yaudah mending bubarin aja, kalau kamu terus-terusan kayak gini!!" Bentakan Lala membuat seisi kelas menoleh. Seketika Lala salah tingkah saat semua melihatnya. Ia hanya nyengir kuda.

Shofia segera beranjak, dengan kilat Lala mengikutinya dari belakang.

"Mikirin apa sih Shof? kok sikap kamu beda," Desis Lala, Shofia menghentikan langkahnya. Ia menoleh. "Like not you." Bisik Lala lagi.

"Sorry, La."

"Yeah, But why?"

Shofia hanya menghela nafasnya. Ia memang sadar sesadar-sadarnya tak seharusnya seperti ini, melampiaskan segala kesalnya pada sahabat-sahabatnya. Namun entah mengapa rasa sakit itu masih sangat membekas dalam relung hatinya. Shofia pun tak tau apakah dia mampu untuk sekedar melupakan kejadian yang menyesakkan dadanya jikalau menceritakan kepada teman-temannya. Apakah teman-temanya akan membuatnya tenang? Entahlah, kini ia hanya ingin menutupi segala kesedihannya, walau ia rasa ia tak bisa.

###

"Coba bagaimana lirik lagunya?" tanya Ustadz Alim yang telah mereka temui dilobi Sekolah.

Tepat saat bel tanda tidur untuk para santri didencangkan. Otomatis gedung sekolah terlihat sepi. Hanya beberapa santri putri kelas akhir yang masih berkeliaran untuk latihan, Sejak pentas kelas akhir sudah tinggal dua minggu lagi, mereka diperbolehkan latihan hingga jam 12 malam. Seperti dua sineas yang masih berkeliaran diarea gedung sekolah ini. Untung Lala bisa membujuk Shofia kali ini.

"Nih liriknya ustadz!" sodor Lala secarik kertas kepada ustadz Alim. Ia hanya manggut-manggut.

"Gimana nyanyinya?" tanya sang Ustadz, tampak dihadapannya sebuah keyboard.

"Emm malu, Tadz," celoteh Lala sedikit merajuk.

"Em yaudah, nih kalian rekam dulu suaranya biar nanti saya bisa menyesuaikan nadanya," tanggap ustadz Alim memberikan handphone miliknya.

Mereka pun beranjak dari hadapan ustadz Alim menuju sebuah kelas kosong. Disudut ruang mereka mulai mendendangkan lagu yang telah mereka hafal bersamaan. Walau kini suasana hati Shofia sedang tidak baik namun dia berusaha untuk professional. Tiba-tiba mereka tertawa.

"Kok suaranya jadi beradu yah," ungkap lala, "Yaudah coba diulangin lagi nih dari pertama," sambungnya menunjuk lirik awalnya. Merekapun memulai kembali bernyanyi lagu yang mereka ciptakan yang judulnya sama dengan judul film yakni "Cerminan Kasih-Mu'.

Hati ini sangatlah hampa
Jiwapun semakin terpuruk
Dibenakku hanya sebuah kepedihan
Kepedihan yang amatlah dalam

Apa yang harus kulakukan
Untuk menepiskan gundahku
Tak kuasa kuingin merasakan
Akan lembutnya belaian kasih-Mu

Ya.. Allah aku mohon kepadamu
Berikanlah keteguhan pada hatiku
Agarku dapat slalu bersyukur
Atas sgala nikmat yang  kau beri

Ya... Robby maha suci bagimu
Pencipta alam semesta dengan isinya
Terkisah dalam kehidupanku
Sebuah cerminan kasih-Mu

Begitu menghayati dalam melantunkan lagu hingga tak sadar embun dipelupuk matanya kembali mengalir. Lagu itu mengingatkannya akan kesedihannya saat ini.

"Dih kamu nangis!" cetus Lala melihat airmata sahabatnya meleleh.

Shofia sedikit tertawa mendengar ocehan Lala dan segera menghapus air matanya.

"Nadanya menyetuh La, pinter ya kamu menyesuaikannya."

"Emm masa sih?" goda Lala, membuat Shofia tersenyum.

"Ya, pan ini dari nada lagu yang pernah Aku buat, cumaa liriknya diganti aja sama lirik yang kamu kasih."

"Makasih ya La." Ucapnya seraya membuat gadis bersuara merdu ini memeluknya. Yang dipelukpun membalas pelukan itu.

Tampak Lala bahagia mendapati Shofia menerima pelukannya. Ia semakin yakin sosok yang dipeluknya ini sedang memendam masalah. Tapi mengapa ia tak mau menceritakan masalahnya? Padahal biasanya Ia selalu menceritakkan masalah pada teman makannya yang satu ini, yang super bawel, nyenengin, dan perhatian.

"Shof, Ada masalah apa?" tanya Lala dengan hati-hati, yang ditanya hanya menggeleng.

"aku cuma menghayati lagu." jawabnya mengusap air matanya. 

"Shof, Air mata kamu menginsyaratkan bukan cuma menghayati lagu tapi juga mewakili perasaanmu saat ini." Kata-kata Lala membuat shofia terdiam

"Yaudah kalo kamu nggak mau cerita sekarang nggak papa, tapi jangan dipendem terlalu lama ya. Sekarang kita langsung kasih nih ke ustadz Alim yuk, biar cepet dibuatin aransemennya," keduanyapun beranjak ke kelas sebelah dan mengembalikkan handphone ustadz Alim.

Mereka memang meminta bantuan kepada ustadz yang mahir memainkan piano ini untuk membuat aransemen lagu yang mereka ciptakan. Segera sang ustadz mendengarkan rekaman lagu tersebut. Ia hanya mengangguk-angguk mendengarkan, sesekali menekan tuts-tuts pada keyboard pianonya.

"Wah bagus juga lagunya. Bener nih bikinan kalian?"

"Iyalah tadz!"

"Berbakat yah kalian buat lagu."

"Iya dongs Tadz, pan perpaduan yang kompak antara Lala dan Shofi." Ustadz Alim hanya manggut-manggut mendengar ocehan Lala.

Setelah mengetahui alur nadanya ustadz Alim pun mencoba memainkan keyboardnya lagi menyesuaikan dengan lagu dalam rekaman. Tuts-tutsnyapun berbunyi hampir mirip dengan nada lagunya. Beliau pun mengulang kembali. Setelah itu Lala mencoba bernyanyi dan ustadz memainkan piano. Hingga akhirnya terciptalah sebuah lagu yang indah dengan aransemen yang mellow. 


___________________

(1) Kayak bukan kamu
___________________
lagu ini aku dan sahabatku, Bella, ciptakan saat masih di pondok tercinta daann sebagian dari kisah ini terinspirasi dari kisah nyata yang pernah aku alamin hihi (inget hanya sebagian yaaa)
ikutin terus yaa kelanjutannya maaciiii jangan lupa Follow dan Voment nyaaa.... 

Mimpi di Balik Layar (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang