Part 42 (Uninvited Guests)

22.6K 1.1K 373
                                    

Pemain Putra Alingga Chandra
               Sisy Queen Dirga
              
               NO COPAS NO BULLY

Kira-kira lima puluh menit kemudian di ruang tengah Ali yang tangan kanannya sudah di perban berdiri bersandar di dinding kaca tembus pandang menghadap pemandangan di luar apartemennya.

Sesekali Ali memandang keluar apartemen tapi pandangannya lebih lama melihat ke arah Sisy. Pandangannya dingin, beku dan kosong.

Dadanya ngilu tiap kali Haikal menggerakkan benang khusus pada kulit kaki Sisy.

Kulit pada kaki Sisy terpaksa di jahit karena luka pecahan kaca itu sudah merobek kakinya terlalu lebar.

"Ssstt..," ringisan Sisy terdengar dari bibir tipisnya. Sedikit demi sedikit dia risih dengan benang dan jarum yang masuk bergantian di telapak kakinya.

"Sakit?" tanya Haikal lagi untuk ke empat kalinya. Dia mendongak menatap ragu Sisy takut suntikan bius yang baru di berikan di kaki Sisy beberapa menit lalu kurang bekerja.

"Gak dok cuma geli," Sisy beralasan tersenyum kecut.

Haikal tersenyum manis lalu kembali melanjutkan pekerjaannya, "Jangan panggil dok, serasa di panggil kodok,"

Sisy berubah kaget, wajah Sisy sedikit takut dan malu, takut kata-katanya dia menyinggung sepupu Ali itu dan malu karena sepupu Ali ini ternyata memiliki selera humor.

Masak dokter di samakan dengan kodok sih batin Sisy lucu.

"Maaf dokter maksud Sisy bukan__,"

Haikal terkekeh melihat reaksi Sisy, "Santai aja Sy, aku ngerti maksud kamu tapi gak usah panggil dokter, dok, apalagi kodok, panggil Bang Haikal aja. Sama kek Ali,"

Sisy tidak berani menatap Ali sedangkan Haikal hanya melirik sekilas wajah Ali yang datar. Haikal tau Ali pasti sedang menahan rasa amarahnya sekarang. Karena bininya bicara sambil tersenyum dengannya.

"Iya bang Haikal,"

"Sayang...," tiba-tiba Ali yang dari tadi hanya diam saja langsung mendekati Sisy, entah mendapatkan ide dari mana dia dengan santainya mengecup kening Sisy di depan mata Haikal.

CUP!

"Eh!" Sisy tersipu malu. Hangatnya kecupan Ali terasa di keningnya apalagi Ali menahan kepala gadisnya itu dengan tangannya di belakang rambut Sisy.

Haikal tersenyum terkekeh melihat tingkah Ali lalu menggelengkan kepalanya. Dia tau Ali melakukan itu hanya untuk memperlihatkan Sisy miliknya. Haikal hapal betul sifat dominan pria itu.

"Mau sesuatu?" tanya Ali lembut hampir berbisik sangat dekat masih menyapu kening Sisy. Tangannya membelai rambut belakang Sisy.

Ali memang aneh dalam sedetik sifatnya bisa seperti hewan buas yang kelaparan sangat kejam tapi sedetik kemudian sifatnya bisa berubah jadi selembut malaikat.

Sisy mengedipkan matanya berkali-kali dia bingung. Dia tidak menginginkan apapun. Jadi harus bilang apa dengan Ali yang berhasil membuat jantungnya serasa mau melompat keluar.

Sisy menggeleng ragu, "Gua gak mau apa-apa,"

Mata Sisy menyatu saling menatap hangat ke arah mata gelap Ali. Kenapa rasanya konyol sekali. Terasa canggung.

"Gak haus? Mau gua bawakan minuman?" Ali tersenyum manis ke arah Sisy tangannya masih mengusap rambut halus nan wangi gadis itu.

Sisy tau dia tidak lapar tapi kalau haus dia jelas butuh segelas air. Tenggorokannya terasa kering.

KeGATELaN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang