Part 43 (A Reason++)

30.8K 1.2K 310
                                    

Pemain Putra Alingga Chandra
               Sisy Queen Dirga
              
               NO COPAS NO BULLY

WARNING :
Wabah 17++ anak kecil bocah menjauh!!!

Please typo bertebaran, kasih tau guys... T_T

Wajah Ali tegang lebih tepatnya pucat dia menelan salivanya lalu membatin, "Mati gua sekarang."

Raut penuh kekhawatiran terpancar dari bola mata Gisell. Wanita itu sudah sangat lama merindukan putrinya. Sejak menikah dengan Ali setahun yang lalu Sisy jarang sekali main ke rumah yang dulu dia tempati berdua dengan Gisell. Dia seakan menghindari Ibunya sendiri. Dan sekarang saat Maminya nekat mengunjungi putri yang paling di sayanginya. Wanita itu bukannya mendapatkan wajah kebahagiaan melihat putrinya itu sebaliknya dia tampak sedih, kecewa, cemas juga marah kepada Ali mantu kesayangan.

"Ali bisa jelasin sama Mami kenapa kaki Sisy? Kenapa kalian diam aja!" Gisell bersuara nyaring ke arah Ali. Lalu mata Gisell menyipit ke arah Haikal, "Trus siapa dia? Keknya Mami pernah lihat dia."

Sisy mendongak menatap Ali wajah istrinya itu masih shock sedangkan Ali berusaha bersikap setenang mungkin walaupun sebenarnya dia sangat luar biasa panik. Mungkin lebih panik dari istrinya.

Lalu Haikal dia tampak santai tidak tegang dan tersenyum tulus ke arah Gisell. Dia sedikit membungkuk hormat ke arah Gisell lalu tangan kanannya terulur mencium punggung tangan kanan Gisell.

"Mungkin tante lupa saya Haikal Juan Chandra sepupunya Ali. Kita mungkin pernah beberapa kali ketemu di acara tunangan mereka dulu sama pernikahan mereka setahun yang lalu, tante ingat?"

Gisell mengangguk-angguk mencoba mengingat kejadian lama saat pernikahan putrinya. Tapi sayangnya wanita parubaya itu tidak begitu ingat masa itu. Maklum saja yang datang pada acara pernikahan mereka kan bukan berpuluh orang. Gisell juga tidak begitu hafal wajah saudara maupun sepupu Ali.

"Oh gituh yaa.., kamu sepupu Ali?"

"Bener tante," Haikal mengangguk mantap ke arah Gisell lalu matanya melirik Ali dan Sisy yang tetap canggung dan tegang.

"Udahlah tante gak ingin nanya lagi terserah kamu siapanya Ali, yang penting kamu bukan temen putri tante," Mata Gisell kembali melirik Sisy dan Ali.

"Jadi diantara kalian berdua siapa yang mau menjelaskan kenapa dengan kaki Sisy? Dari tadi kalian diem aja gak ada yang mau ngomong, kek bisu aja."

"Mami... jangan gitu ah ngomongnya," suara Sisy berubah manja seperti anak abg pada umumnya.

Ali mengelus punggung Sisy mencoba menenangkan gadisnya itu lagi, "Kaki Sisy luka Mi tadi siang dia di kamar__"

"Kebentur ujung pintu Mi," sambung Sisy memotong pembicaraan Ali.

"Kebentur?" cicit Gisell dan Ali bersamaan.

Wajah Gisell jelas tidak percaya sedangkan Ali dia melihat Sisy dengan alis mata yang berkerut.

"Anak ini ngomong apa sih?" batin Ali gak ngerti.

"Iya Mami, kebentur pintu kamar kek ketendang gitu jadi memar deh, keseleo dikit. Soalnya tadi siang kan hujan, pintu balkon di kamar ke buka Mi, Mami tau kan Sisy takut hujan, jadi ya gitu...," Sisy menjelaskan ke arah Maminya tanpa melirik Ali. Dia takut pada tatapan Ali.

"Sisy...," Ali memanggil istrinya itu.

Maksud dari panggilannya itu agar istrinya berhenti berbohong pada Maminya. Tapi sayangnya Sisy tidak mengidahkan panggilan Ali.

KeGATELaN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang