BAGIAN SEMBILANBELAS

96 7 0
                                    

"happy reading"

*****

"dimana emangnya? Aku boleh kesana?"

"ehh jangan. Gak usah" tolak livia

"vi siapa? Lama banget?" tiba-tiba devan menyusul

livia kaget karena tiba-tiba devan menjenguknya kemudian livia sontak mematikan langsung teleponnya "kak devan kok keluar? Kak cellia?"

"lo lama banget makanya gue nyusul. Telepon dari siapa emangnya?"

"temen kok kak. Yaudah masuk yuk, gak enak kak cellia sendirian"

Devan menahan "rahman? Rahman kan yang telepon tadi?"

Livia kaget ternyata devan tau tapi tak mungkin livia berbohong karena itu akan menyakiti devan "iya kak"

"bener. Gue rasa dia coba buat deketin lo balik"

"maksud kak devan?"

"dia udah dua kali berusaha buat ketemu kan sama lo? Waktu kita di cafe pulang sekolah sebenarnya gue tau kalau yg nelepon lo itu rahman. Tapi gue pura-pura gak tau aja biar gue liat, lo bakalan jujur gak sama gue"

livia tambah kaget karena ternyata devan tau semua, tapi livia merasa bersalah karena telah membohongi devan padahal devan pernah sekalipun membohongi livia. Livia benar-benar dihantui rasa bersalah dan juga tak enak hati pada devan

"kak maafin livia ya udah bohong. Padahal kita udah janji waktu itu buat saling terbuka jujur"

"gue slalu maafin lo vi. Slalu" ucap devan kemudian memeluk livia "gue tau tujuan lo baik. Lo gak mau gue salah paham kan. Tapi... " devan melepas dan memegang kedua pipi livia "ada baiknya kalau lo kasih tau. Karena seberapa kecil kebohongan itu tetap sakit vi"

"iya kak sekali lagi maafin livia ya"

"ekhemm" tiba-tiba cellia datang "film udah mau mulai. Gak mau masuk?"

"yaudah yuk vi" ajak devan

Livia, devan dan cellia kemudian menonton memasuki ruang teater dan menikmati film yang diputarkan hingga sampai film itu selesai

"eh lo pulang gih, gue mau jalan sama devan" bisik cellia waktu livia mau keluar teater

"hmm kak aku duluan gpp kan? Soalnya dita sama rea udah dirumah nungguin" ucap livia ke devan

"yaudah kalo gitu gue anter yuk"

"ehh gak usah kak. Kak cellia kan masih mau jalan jalan. Aku gpp kok pulang sendiri"

Devan menahan "vi gue... "

"aku percaya sama kak devan"
livia tersenyum "aku duluan ya" kemudian dia pergi

"yaudah yuk dev" gandeng cellia

Devan melepas "yuk"

"hhmm liat baju yuk kesana"ajak cellia

Devan mengikuti kemudian devan hanya melihat cellia yang daritadi melihat-lihat baju

"ini cocok gak dev?"

"cocok" timbal devan mengiyakan saja daripada ribet

"kalo ini? Bagusan yang kiri apa kanan ya?"

"bagus semua cel"

"ih lo tu gimana sih, gue kan bingung. Lo disuruh milih aja susah banget sih"

devan menahan amarahnya. Kalau bukan mengingat livia sudah lama devan meninggalkan cellia di mall "ini ni yang dari cewek yang gak gue suka. Ribet!" gerutu devan dalam hatinya

Arti Sebuah Rasa [ THE END ] Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum