16-Ditembak 2

42.2K 2.3K 33
                                    

Pergi saja, biar aku yang datang padamu. Lari saja, biar aku yang mengejarmu. Sampai saatnya kau lelah, kau boleh berhenti. Karena ada aku di belakangmu, bersedia sebagai tempat persinggahanmu.

***

Sejak kejadian itu. Iris jarang menampakkan diri lagi di kantin. Sekarang cewek itu lebih banyak menghabiskan waktu di perpustakan, walau hanya sekedar dengar musik dan membaca novel kesukaannya.

Tapi yang aneh adalah setiap kali Iris kembali ke kelas, di laci mejanya sudah ada sebungkus nasi goreng tanpa baso dan daun bawang. Tidak lupa jus alpukat kesukaannya.

Setiap kali Iris bertanya pada kedua sahabatnya, jawaban mereka selalu sama 'Yaudah makan ajah'. Namun bukan Iris namanya kalau mudah menerima sesuatu yang tak pasti.

Cewek itu hanya mengacuhkannya, atau mentok malah memberinya pada teman sekelasnya yang lain.

Dan sekarang Iris kembali berdiri di tengah lapangan, di kelilingi seluruh murid Sma Maxwell. Di depannya berdiri seorang cowok bertubuh tinggi dan tampan, mengenakan baju basket yang pastinya tanpa lengan.

Iris mengerlingkan pandangannya pada sekelilingnya, dan jatuh pada seorang cowok yang tengah berdiri tidak jauh dari mereka.

Saking cintanya dia pada Negara ini, dia rela menghabiskan waktu dua jam untuk menghormat bendera di bawah sinar matahari yang panas.

Lebih tepatnya sih dihukum.

Dasar pembuat masalah!

Bagi Iris, dia hanya seorang cowok yang selalu mencari masalah dan hidup sesuka hatinya tanpa ada aturan. Hidup untuk melanggar aturan, mungkin itulah dia.

Laskar pun ikut menatap Iris. Seringai kecil muncul di sudut bibirnya melihat cewek itu dengan baju olahraga yang terlihat kebesaran di tubuhnya.

Flasback on.

Entah sudah berapa lama dan berapa kali Iris mengobrak-abrik Isi tas bahkan laci mejanya. Cewek itu masih belum menemukan baju olah raganya.

Padahal hari ini mereka ada praktek, dan bisa mampus dia kalau ternyata dia lupa membawa baju olah raganya.

"Lo sih kebiasaan, lupa mulu." Omel Melody yang ikut sibuk mencari baju cewek itu.

Iris mengerucutkan bibirnya dan memasang wajah sekasih-kasihannya.

"Jadi gimana dong? Gue takut dihukum, mana gurunya kejam lagi. Beda sama Pak Rangga."

Iris sudah kelimpungan tidak jelas dari tadi.

"Woi!! Semua keluar! Pak Budi udah tereak-tereak di lapanan!" Seru ketua kelas mereka dari luar.

Ketiga cewek itu semakin gelagapan.

"Yaudah, lo pake alesan lagi dapet ajah. Sekarang lo pergi ke Infirmary, nanti kita yang minta izin deh." Saran Ley.

"Iya, gitu aja. Timbang dihukum." Tambah Melody.

Iris mengangguk dengan cepat. "Yaudah, lo berdua ganti baju sana. Nanti lo berdua kena sambar lagi." Suruh Iris.

Sudah lama Laskar mengamati gerak-gerik ketiga cewek itu. Laskar yang kebetulan melewati kelas mereka, tak sengaja menangkap wajah ketakutan cewek itu.

Laskar melihat baju olah raga di tanganya. Beruntung mereka olah raga di hari yang sama, tapi sialnya di jam yang sama.

Begitu kedua cewek itu keluar dari kelas. Laskar bersiul kecil memanggil Melody.

LASKAR [Completed]✔️Where stories live. Discover now