18-Balkon

39.1K 3.4K 55
                                    

Padahal kayaknya aku udah rajin banget deh up-nya, tapi kok slow respon banget yah?!😢 Di baca doang gak di vote ⭐ apalagi Coment 😢 jadi sedih.

Apa ceritanya kurang menarik yah?!

Tolong jangan Sider plis, kan jadi kurang semangat 😭

Ya udah deh, happy reading 😘

****

Iris memasuki pekarangan rumahnya dan langsung disambut oleh bi Ju, pembantu rumah tangga mereka yang sudah bertahun-tahun bekerja untuk mereka.

"Non? Non nggak papa?" tanya bi Ju menatap Iris penuh kekhawatiran.

"Bawa masuk dulu." Suruh pak Aman yang diangguki oleh bi Ju.

Bagaimanapun mereka sudah seperti keluarga di rumah ini. Mereka berdua juga yang membantu menjaga Iris dan 'dia' dari kecil.

Iris menyayangi mereka begitu sebaliknya.

Bi Ju kembali dengan kompres air dingin di tangannya, untuk mengompres bercak merah di wajah Iris.

"Kenapa bisa kayak gini?" tanya bi Ju sambil terus menempelkan kain itu pada wajah Iris.

"Ini semua pasti karena bapak yah?! Kalo ajah bapak cek ban mobinya waktu di rumah tadi, pasti non gak bakalan kayak gini." Celutuk pak Aman dengan jawah penuh rasa bersalah.

Iris yang sedari tadi hanya diam kini tersenyum kecil.

"Nggak papa kok pak, bi Ju. Iris nggak papa."

"Tapi kok non bisa kayak gini sih? Bukannya tadi ditemenin sama den Laskar?"

Iris tersentak kaget.

"Laskar? Kenapa bapak bisa kenal sama cowok itu?" tanya Iris heran.

Tatapannya berubah lagi, penuh kebencian membuat kedua orang tua itu menatap Iris heran.

"Iya tadi bapak gak sengaja ketemu dia di jalan. Karena ban-nya bocor dan berhenti pas di tengah jalan. Tiba-tiba ada satu anak laki-laki yang ngedatangi bapak. Dia bantu bapak ngedorong mobilnya ke tepi jalan dan panggilin orang bengkel. Bapak jelas gak kenal sama dia, tapi dia yang kenal sama bapak. Katanya 'Bapak ini supirnya Iris yah?' Bapak jawab iya dan nanya kenapa dia bisa tau bapak siapa. Terus dia ngenalin diri, katanya temen satu sekolah sama non, sekaligus dia minta maaf, karena kemarin berhenti tiba-tiba di depan mobil kita. Terus dia bilang kayak gini 'Yaudah bapak gak usah khawatir, biar Iris saya yang jagain dulu. Tapi setelah selesai bapak harus jemput dia ke sekolah. Karena kemungkinan dia nggak mau pulang bareng saya. Saya jaga dia dari jauh ajah."

Penjelasan Pak Aman yang panjang lebar itu mampu membuat Iris merasakan hal lain dalam hatinya. Iris diam dalam kebingungan.

Sebenarnya apa mau cowok itu?

Kenapa dia terus berusaha mendekati bahkan menolong Iris?

Siapa dia?

Bahkan sampai malam hari, Iris masih banyak diam dan bergelut dalam pikirannya.

Sampai sebuah notifikasi masuk ke ponselnya dan membuyarkan lamunan Iris.

Pesan dari nomor tak dikenal.

Gimana pipi lo?

Iris mengerutkan keningnya bingung. Kenapa juga dia malah bertanya masalah pipi Iris. Cewek itu mengacuhkannya dan beranjang menaiki tempat tidurnya.

LASKAR [Completed]✔️Where stories live. Discover now