32-Teman

33.2K 2.3K 58
                                    

Jangan lupa vote ⭐ sebelum baca
Coment 🙏 setelah baca

Happy reading 😉

***
"Sial. Aku ingin mengatakannya dan berteriak.Tapi aku sadar bahwa aku tak punya hak."

"Lo ngerasa nggak sih, ada yang aneh gitu?"

Nico menatap teman-temannya bergantian. Seolah dia sedang dalam kebingungan yang sangat membingungkan. Ekspresi cowok itu pun ikut membuat teman-temannya mengeryit bingung.

"Menurut gue juga." Sambar Chand dengan ekspresi yang sama.

"Apa?" Balas Mico yang kini mengalihkan pandang dari buku di tangannya.

Mereka ber-enam saling tatap dalam bingung lalu perlahan menatap Laskar dan Iris bergantian.

Sedangkan Laskar. Cowok itu hanya duduk santai, bersedekap dan menatap Iris yang sibuk dengan sebuah kertas di depannya.

Merasa diperhatikan, Iris mengangkat pandangannya dan langsung bertemu tatap dengan semua temannya termasuk Laskar.

"Kenapa?" Tanya Iris dengan wajah polosnya.

"Lo nggak merasa ada yang aneh gitu?" Sambar Melody yang duduk di sampingnya.

"Emang ada yang aneh, yah?"

Mereka semua serempak menganggukkan kepalanya kecuali Laskar yang masih dengan sok cool-nya. Dan tentu saja cowok itu sudah tahu keanehan yang dimaksud teman-teman keponya itu.

"Kalian udah jadian, yah?"

Akhirnya Laskar berhenti dari ekspresi menyebalkannya itu. Laskar memelototkan matanya sama seperti yang lainnya. Mereka menatap Nico dengan tatapan tajamnya.

"Jadian? Siapa?"

Iris mengeryit bingung dan malah beralih menatap laskar.

Cowok itu masih dengan tatapan tajamnya pada Nico.

"Lo ada permintaan terakhir?" Tatapan cowok itu sangat membunuh dan nada bicaranya sangat menusuk.

Nico langsung menyengir gaje.

Laskar tak mau semuanya jadi berubah canggung dan kembali seperti kemarin. Dia sudah tegaskan, kalau seperti ini saja sudah cukup baginya.

"Kita cuma temen."

Iris kembali pada kegiatannya setelah mengatakan tiga kata itu. Laskar memperhatikan Iris dalam diam dan begitu juga yang lainnya.

Mereka berganti menatap Laskar seolah ada yang ingin mereka tanya dan mereka dapatkan dari cowok itu.

Kata itu begitu menyakitkan untuk siapapun yang mendengarnya. Ketika salah satu dari dua orang remaja yang banyak menghabiskan waktu bersama menyatakan kata 'kita cuma teman' betapa menyebalkannya kalimat itu.

Bagai batu karang besar yang menutup pemandangan indah di baliknya. Tak seorang pun bisa membelahnya kecuali dirinya sendiri bahkan mungkin tidak.

Kata itu bagai garis Teluk Alaska. Hanya dipertemukan bukan untuk dipersatukan.

Laskar hanya mengangkat bahunya acuh lalu beralih pada Mbah enol yang berjalan ke meja mereka dengan membawa nasi goreng pesanan Laskar.

"Ini mbah. Kembaliannya kayak biasa." Ucap Laskar setelah memberikan selembar uang lima puluh ribu tanpa meminta kembaliannya.

"Makan."

Laskar menyodorkan nasi gorengnya pada Iris saat cewek itu tetap sibuk dengan kegiatannya.

LASKAR [Completed]✔️Where stories live. Discover now