Bagian 27

14.8K 1.1K 55
                                    

Hesa memasang handsfree di telinga kiri bermaksud menelepon Edzard. Mengajak menemui pamannya yang katanya seorang pengacara, untuk proses perceraian dan hak asuh. Selain itu Hesa juga membutuhkan konsultasi hukum, meminta nasehat dan petuah-petuah berkaitan dengan kondisi rumah tangganya. Minimal, Hesa akan mudah menentukan langkah mantap yang harus ditempuh setelah ini.

Dan di sinilah Hesa dan Edzard sekarang, di rumah Roy, pengacara kondang yang biasa menangani kasus para artis ternama di negeri ini.

Pria paruh baya itu menatap Hesa sejenak lebih lama. Hesa hanya bisa berdoa, semoga paman Edzard tidak mengenalinya, urusannya akan sangat rumit bila itu terjadi.

"Begini Om, aku butuh bantuan untuk proses perceraian dan hak asuh anak."

"Kasus siapa itu? Seingat Om kamu belum kawin."

"Hehehehe, lebih tepatnya aku akan segera menikah, Om. Dengan pacarku ini." Edzard menoleh ke arah Hesa dan dibalasnya dengan senyuman.

"Pinter kamu cari pacar. Cantik."

Hesa menahan diri untuk tidak memutar bola mata saat mendapati seringaian menjijikkan dari lelaki paruh baya di depannya. Sepertinya, paman Edzard ini sejenis om om hidung belang. Jika bentuknya seperti suaminya sih tidak masalah, tapi dia? Gendut, tua dan botak pula.

Hesa mendesah. Kenapa harus suaminya terus yang ia jadikan perbandingan. Seperti tak ada makhluk adam lain saja yang ada di otaknya.

"Jangan gitulah, Om. Dia pacarku. Jangan dilirik juga dong."

"Hahahaha. Baiklah, kembali ke topik awal."

"Itu tadi, Om, selain dia harus mengajukan gugatan cerai, anaknya juga baru dua bulan dan masih butuh ASI. Bantu dia untuk dapat hak asuh, Om. Bisa kan, Om?"

Si pengacara itu mengangguk yakin. "Bisa. Gampang. Itu suatu yang sangat mudah. Tapi aku perlu kenalan dulu dong sama pacarmu ini. Biar gampang ngobrolnya."

"Oh, sampai lupa!" Hesa lalu menganjurkan tangannya sambil menyebut nama.

"Harus terbuka ya. Pertama-tama, saya harus tahu alasan kamu ingin berpisah. Kronologisnya juga. Saya pengacara dan kamu klien, kita sama-sama bekerjasama."

"Kami nikah karena dijodohkan." Hesa mulai bercerita. "Dia yang usianya di atas saya jauh, sulit mengimbangi berbedaan, begitu sebaliknya. Satu tahun bersama, saya lelah harus berjuang sendiri. Bahkan sampai sekarang hatinya belum bisa utuh untuk saya."

"Oh berarti sudah sepakat pisah?" tanya pengacara itu. "Coba saya lihat berkasnya!"

"Nggak, Om! Suaminya menolak pisah." Jawab Edzard sembari menyodorkan berkas.

"Kamu, istrinya Hakim Lazuardi Rahman?"

"Om kenal dia?"

"Pernah waktu itu pakai teman Om untuk kasus karyawannya yang korupsi uang perusahaan. Siapa yang nggak kenal dia, Zard. Kecuali yang nggak punya HP. Dia kan pengusaha sukses. Owner matketplace terkenal."

Hesa menelan ludah, dugaannya benar, kedatangannya kemari tak akan membuahkan hasil baik.

"Pantesan wajah kamu nggak asing. Begini Hesa, ada enam alasan istri bisa menggugat suami. Diantaranya, suami nyeleweng. Melakukan kekerasan verbal non verbal. Tidak memberi nafkah lahir batin, dan pergi tanpa kabar. Nah, diantara yang saya sebutkan, ada tidak?"

"Non verbal mungkin, Yang?" sahut Edzard cepat.

"Non verbal contohnya, mencaci-maki, merendahkan dan selalu mengucapkan kata-kata yang melukai hati." Pengacara itu menjabarkan.

MAHESWATI (TAMAT)Where stories live. Discover now