18.1

2.8K 333 36
                                    

Hutan tebal itu diselusuri penuh tekad . Mereka benar-benar berazam untuk menghabiskan semuanya malam ini .

Ammar mengetuai pengembaraan mereka. Diikuti Maryam , Zetty , Naim , Asyikin kemudian Faisal . Mereka tidak bercakap walau sepatah .

Hanya betah untuk fokus kerana suasana malam itu menyukarkan mereka untuk melihat dengan jelas .

Namun dengan bantuan Ammar , segalanya tampak mudah . Bendera dan tali yang terpacak sepanjang perjalanan turut membantu . Kata Ammar ia untuk membantu andai ada pelajar/pelancong yang sesat .

Andai saja tali dan bendera seperti ini tersedia 9 tahun lalu , pasti mereka tidak mengalami kesukaran dahulu , getus Asyikin .

" Jauh lagi ke ?" soal Maryam , yang sudah semakin lelah .

Sudah hampir 40 minit mereka berjalan .

" Sikit lagi , " Balas Ammar . Dia nampak tenang . Mungkin sudah biasa melakukan aktiviti seperti ini .

" Kita lepak jap . Aku penat , " ujar Maryam.

Air mineral diteguk rakus . Mereka duduk di lantai hutan kemengahan mencari nafas.

Zetty memandang sekeliling hutan . Seperti dahulu , dia dapat rasakan satu aura yang kuat . Kepalanya mula berpinar.

Naim memandang Zetty . Dia perasan riak wajah gadis itu agak berbeza .

Zetty bergerak agak jauh sedikit dari kalangan mereka .

Perlahan-lahan lengan bajunya ditarik . Kelihatan kesan lebam disepanjang lengannya itu .

Giginya diketap .

Sakit itu perlu ditahan .

" Kenapa dengan tangan kau ? "

Zetty terpana apabila Naim tiba-tiba merangkul lengannya .

" Aduh , "

" Ini perkara yang sama aku nampak dekat badan kau semalam . Apa yang kau sembunyikan dari aku , Zetty ? " soal Naim separa berbisik . Tidak mahu mereka yang lain mendengarnya .

Zetty diam . Lengannya yang dipegang oleh Naim cuba direntap kasar namun malangnya pegangan Naim lebih kuat .

" Cakap , " gesa Naim .

Nafas diambil dalam . Dia tidak tahu mengapa dia benar-benar lemah apabila bersama Naim . Sejak dahulu , dia terlalu lemah tatkala Naim berada dihadapannya .

Naim menarik lengan Zetty menghampirinya , seakan mendesak .

" Ini ... janji aku pada 'dia' , " bisik Zetty lalu melepaskan pegangan Naim . Dia bingkas pergi jauh dari lelaki itu .

Naim memandang Zetty yang berlalu pergi itu .

Janji ?



===========

" Dekat sini ada air terjun tak ? " soal Faisal pada Ammar . Sekadar menguji pengetahuan lelaki itu tentang hutan Nuang .

Ammar menghentikan langkahnya , lalu berpaling memandang Faisal yang berada di belakangnya .

" Air terjun ? " soal Ammar kembali . Wajahnya keliru .

Sah .

Sah Ammar tidak tahu.

Faisal menggeleng . " Aku tanya je , " bohongnya lalu memberi pandangan penuh erti pada Naim .

Ammar yang sememangnya dilahirkan blur itu sekadar meng'oh'kan penyataan Faisal .

Dalam mereka tidak sedar , hujan renyai mulai turun perlahan .

Asyikin mengeluh . Tidak bolehkah perjalanan mereka tenang dan rileks ?

" Weh Ammar , jauh lagi ke ? Hujan dah turun ni , " soal Maryam gelisah . Sudahlah malam , hujan pula .

" Dah dekat dah . Dalam 10 minit lagi sampai rasanya . Kalau kita jalan cepat , mungkin kita boleh sampai sebelum hujan lebat , " kata Ammar sambil tersuluh-suluh pada lantai hutan . Dia juga takut terganggu dengan suasana hujan itu .

Mereka semua pantas mengangguk tanda bersedia .

" Pastikan korang ikut aku , jangan terlepas " pesan Ammar kemudian dia kembali mengetuai perjalanan .

Yang lain tidak banyak bicara , sekadar bersetuju . Hujan tidak membenarkan mereka untuk terus leka dan melambatkan waktu .

Sudah hampir 7 minit mereka merentasi hutan penuh tebal berserta hujan renyai itu , akhirnya mereka terlihat sesuatu dari kejauhan .

Satu cahaya dari sebuah perumahan usang tidak jauh dari tempat mereka berdiri .

Ammar tersenyum kecil kemudian langkahnya dipercepatkan .

Asyikin yang melihatkan itu mulai teruja . Namun tidak pada Zetty .

Dia merasakan satu perasaan yang amat kuat . Ganjil . Asing .

Dalam suasana malap itu , Ammar mengetuk pintu kayu rumah tersebut .

" Assalamualaikum abah ! "

Namun pintu terkuak sendiri . Tidak berkunci .

Ammar berkerut aneh .

Jarang sekali abah tidak mengunci pintu rumah , lagi2 pada waktu malam .

Ammar melangkah masuk .

Diikuti yang lain .

Suis lampu dibuka kemudian Ammar segera bergerak ke kamar abahnya . Mungkin abahnya sedang tidur jadi dia tidak mahu mengganggu .

Tapi ternyata kosong . Malah katil abahnya tegang tidak berusik .

Ammar kembali pada yang lain.

Wajah mereka semua pucat.

Asyikin terjelepuk di lantai.

Naim bermundar mandir .

Zetty bernafas tidak teratur .

Manakala Faisal sudah bersandar lemah pada dinding .

Ammar berkerut .

Ada sesuatu yang pelik .

Di mana abahnya pada waktu sebegini ?

Dan ...

Di mana Maryam ?









:::::::::

( Sis tahu sis update sikit je tapi ni pun sis curi2 update je sebenarnya 😭😭 Slowly but surely okay ? 😭 Komen banyak2 supaya sis tak give up nak update untuk habiskan Penjaga 2 okay ? Much loveeeeee ❤❤❤❤❤❤❤ )

PENJAGA 2 ✔Where stories live. Discover now