7. PERMINTAAN MAAF & AMAZON LILY

21K 1.9K 501
                                    

7. PERMINTAAN MAAF & AMAZON LILY

"Kenalin, ini namanya bunga amazon lily. Gue rasa bunga ini sesuai sama karakter lo yang anggun."—Aarav Denta Karanva.

Pukul delapan malam suara decitan alas sepatu yang bergesekkan dengan permukaan lapangan basket serta suara pantulan bola basket terdengar dari arah lapangan basket outdoor SMA Kalingga. Di sana terlihat Aarav tengah sibuk mendribble bola basket. Sesekali Aarav melemparkannya ke dalam ring dengan tepat.

Aarav memang terbiasa pulang larut malam. Sampai malam pun SMA Kalingga tidak akan pernah sepi sunyi. Masih banyak kegiatan dari berbagai ekstrakurikuler yang berada di sekolah sampai tengah malam.

Sejujurnya, tujuan Aarav bermain basket sampai malam hari karena mencoba untuk melupakan perkataannya pada Prasasti tadi siang. Namun, jika Aarav ingat-ingat lagi. Memang dirinya sudah sangat keterlaluan.

"Percuma lo lampiasin penyesalan lo lewat basket, Rav!" celetuk Charles yang tiba-tiba datang dan duduk di tribun lapangan.

Aarav melempar kuat bola basketnya ke sembarang arah. Kemudian berjalan menghampiri Charles yang sedang duduk di tribun sambil memakan pop mie ditangannya.

"Minta maaf gih! Baru hati sama otak lo bisa tenang," kata Charles memberi saran.

"Gue ngomong kayak tadi biar tuh cewek berubah," ujar Aarav berusaha menyembunyikan rasa penyesalannya.

Charles terkekeh pelan. "Rav, Rav, udah tau salah masih aja lo ngelak. Lo lagi nyesel sekarang. Gak perlu sok cool lo!" ujarnya.

Aarav berdecak. "Ck! Sialan lo, Les!"

"Gue kenal lo, Rav! Egois bukan karakter lo. Dengerin gue! Besok lo minta maaf sama Prasasti."

"Kalau Prasasti gak mau maafin gue?" tanya Aarav.

"Gue yakin Prasasti terima maaf lo. Percaya sama omongan gue," balas Charles sangat yakin. Lalu melanjutkan aktivitas makannya.

"Gue masih penasaran sama siapa pengirim puisi ke gue," tutur Aarav kembali berpikir. Rasa curiga Aarav pada Prasasti sebagai pengirim puisi tiba-tiba lenyap begitu saja. Tapi, jika bukan Prasasti yang mengirim puisi itu. Lalu siapa?

"Menurut pendapat gue, bukan Prasasti pengirimnya, Rav. Kayaknya, ada orang yang sengaja jebak lo biar lo curiga sama Prasasti," ucap Charles.

"Gue juga sekarang lagi mikir gitu. Tapi, siapa dalangnya?" bingung Aarav.

"Rav, gue cabut duluan. Gue udah janji mau anterin nyokap gue ke bandara," pamit Charles tiba-tiba. Setelah menghabiskan pop mie tadi Charles membuang cup-nya ke tempat sampah yang ada di tribun.

"Mau kemana nyokap lo?" tanya Aarav pada Charles yang sudah beranjak menuruni tribun.

"Biasa, Amerika!" balas Charles tanpa menoleh pada Aarav.

"Dasar, bule!" cibir Aarav.

Setelah Charles pergi, Aarav berniat juga ingin pulang. Apalagi kemarin Aarav sudah berjanji pada Sastra untuk tidak pulang larut malam. Aarav turun dari tribun untuk mengambil tasnya yang ada di kursi official pinggir lapangan basket.

Aarav's (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang