38. EPOCH

9.7K 956 46
                                    

38. EPOCH

Cahaya matahari yang menembus kaca jendela membuat Zayn terbangun dari tidurnya. Tangan Zayn bergerak menyentuh kepalanya yang terasa berat dan pusing. Zayn mengubah posisinya menjadi duduk. Separuh ingatan Zayn tentang kejadian kemarin malam rasanya hilang. Zayn hanya mengingat ketika Esther mengajaknya untuk minum dan setelahnya Zayn mulai lupa. Bahkan Zayn tidak ingat siapa orang yang sudah membawanya ke kamar.

Zayn beranjak dari tempat tidurnya, keluar dari kamarnya. Berniat mencari Prasasti di Mansion. Hari ini adalah hari sabtu yang berarti Prasasti pasti libur sekolah.

Zayn sudah mencari Prasasti di kamarnya dan di beberapa bagian tempat di Mansion yang kemungkinan di datangi oleh Prasasti. Tapi, hasilnya nihil. Zayn sama sekali tidak menemukan Prasasti.

“Di mana Prasasti?” tanya Zayn pada salah satu pelayan yang sedang membersihkan meja makan.

“Kemarin malam nona Prasasti langsung pergi setelah mengantar Tuan ke kamar,” jawab pelayan itu.

“Pergi kemana?”

“Maaf Tuan, saya tidak tahu.”

Zayn masih belum bisa mengingat sisa kejadian kemarin malam. Akhirnya Zayn memutuskan untuk mengecek rekaman CCTV di ruang CCTV kemarin malam. Zayn khawatir di dalam pengaruh alkohol, Zayn melakukan sesuatu yang menyakiti Prasasti.

Saat sampai di ruang CCTV, Zayn langsung memutar rekaman CCTV kemarin malam sesuai dengan jam di mana Esther mengajaknya untuk minum. Zayn terkejut ketika di dalam rekaman itu menampilkan kejadian saat dirinya tengah mencium Esther dan Prasasti melihatnya.

Shit! Apa yang udah gue lakuin?”

****

“Prasasti, gue mau ngomong sama lo!”

“Gue lagi nggak mau ngomong sama lo, Zayn.” Prasasti menjawab Zayn dengan sikap dingin.

Prasasti hendak kembali menutup pintu utama rumahnya. Namun, tangan Zayn sigap menahan daun pintu utama rumah Prasasti yang hendak ditutup.

“Gue tahu yang udah gue lakuin kemarin malam salah. Please, give me a chance to explain,” pinta Zayn.

“Zayn tolong pergi dari sini,” ucap Prasasti, bermaksud mengusir Zayn dari depan rumahnya. Tangan Prasasti juga masih berupaya menutup pintu, tapi tangan Zayn lebih kuat menahan pintu tersebut.

Zayn menambah tenaganya untuk mendorong daun pintu itu agar terbuka secara paksa. Sontak, Prasasti yang sedang berdiri di belakang daun pintu ikut sedikit terdorong ke belakang. Pintu utama rumah Prasasti berhasil terbuka lebar, Zayn masuk ke dalam rumah dan kembali menutup pintu itu dari dalam.

“Kenapa lo langsung pergi dari Mansion gue kemarin malam?” tanya Zayn pada Prasasti yang berdiri di hadapannya, tapi Prasasti mengalihkan pandangannya ke arah lain.

“Tatap gue kalau gue lagi ngomong sama lo!” ujar Zayn menatap datar Prasasti.

“Tinggalin gue sendiri,” pinta Prasasti, masih menampilkan sikap dingin pada Zayn. Bahkan Prasasti masih mengalihkan pandangannya dari Zayn.

“Lo harus dengerin penjelasan gue dulu!”

“Gue nggak mau denger apa-apa.”

Zayn semakin menghapus jarak antara dirinya dan Prasasti. Tangan kanan Zayn kini mencengkram kedua pipi Prasasti, mengarahkan wajah Prasasti agar memandangnya. Cengkraman tangan Zayn di kedua pipinya yang terlalu kuat membuat Prasasti sedikit merasa kesakitan.

“Udah berapa kali gue bilang. Gue nggak suka lo noleh ke arah lain waktu gue lagi ngomong sama lo!” kata Zayn mengingatkan.

“Jangan lo pikir gue bakal terus bersikap baik sama lo karena kesalahan yang udah gue perbuat kemarin!” kata Zayn lagi, menatap tajam Prasasti.

Aarav's (TAMAT)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz